Cerita Rohani: Lima Gadis Bijaksana dan Lima Gadis Bodoh Suasana Cerah di Kota Pala Fakfak

Matahari pagi bersinar cerah di Kota Pala Fakfak. Angin sejuk bertiup perlahan, membawa ketenangan bagi setiap jemaat yang berjalan menuju Gereja Bethesda Fakfak. Pagi itu, Ibadah Minggu dipenuhi dengan sukacita dan pengharapan.

Pdt. Clarce Bonsafia-Fakdawer berdiri di mimbar dengan senyum penuh kasih. Hari ini, ia menyampaikan firman Tuhan dari Matius 25:1-13, tentang perumpamaan Lima Gadis Bijaksana dan Lima Gadis Bodoh.

“Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana.” (Matius 25:1-2)

Dengan suara lembut namun penuh ketegasan, Pdt. Clarce mulai berkisah:

Di sebuah desa kecil, ada sepuluh gadis yang menanti kedatangan seorang mempelai laki-laki. Masing-masing membawa pelita untuk menerangi jalan mereka. Lima gadis bijaksana membawa minyak cadangan, sedangkan lima gadis bodoh hanya membawa pelita tanpa minyak tambahan.

Hari berlalu, malam semakin larut, dan mempelai tak kunjung tiba. Mata mereka mulai mengantuk, dan satu per satu tertidur. Tiba-tiba, terdengar seruan, “Mempelai datang! Sambutlah dia!”

Kelima gadis bijaksana segera menuangkan minyak ke dalam pelita mereka, sementara gadis-gadis bodoh panik karena pelita mereka hampir padam. Mereka meminta minyak dari yang lain, tetapi para gadis bijaksana berkata, “Tidak bisa! Jika kami membaginya, nanti kita semua kehabisan. Pergilah beli sendiri.”

Ketika gadis-gadis bodoh pergi mencari minyak, mempelai tiba. Ia membawa gadis-gadis bijaksana masuk ke dalam pesta pernikahan, lalu pintu ditutup. Ketika lima gadis bodoh kembali, mereka mengetuk pintu dengan panik, “Tuhan, bukakan pintu bagi kami!” Namun, sang mempelai menjawab, “Aku tidak mengenal kamu.”

Pdt. Clarce terdiam sejenak, membiarkan jemaat merenungkan makna firman itu. Lalu ia berkata, “Saudara-saudara, kita semua seperti sepuluh gadis itu. Hidup kita adalah masa penantian akan kedatangan Kristus yang kedua kali. Pertanyaannya, apakah kita seperti gadis bijaksana yang selalu siap, atau seperti gadis bodoh yang lalai?”

See also  Hasil Pantauan Satgas Pangan Polres Pasuruan, Sejumlah Bapokting Menjelang H-1 Di Pasuruan Relatif Stabil

Jemaat terdiam. Beberapa menundukkan kepala, merenungkan diri mereka.

“Kesiapan rohani bukan hanya tentang rajin ke gereja,” lanjut Pdt. Clarce. “Tetapi apakah kita hidup dalam kebenaran, menjaga hati tetap bersih, dan terus memiliki minyak Roh Kudus dalam kehidupan kita? Apakah kita setia dalam doa, membaca firman, dan melakukan kehendak Tuhan?”

Suasana di Gereja Bethesda Fakfak dipenuhi dengan keheningan penuh makna. Firman Tuhan hari itu menjadi teguran sekaligus motivasi bagi jemaat.

Ketika ibadah berakhir, para jemaat pulang dengan hati yang dipenuhi pertanyaan penting: Apakah aku sudah siap menyambut kedatangan Tuhan?

Langit Fakfak tetap cerah, seperti menggambarkan harapan bahwa setiap jemaat akan memilih menjadi gadis bijaksana yang selalu siap menyambut Sang Mempelai Surgawi.

Pesan Moral:
Tetaplah berjaga-jaga dan siapkan minyak rohani dalam hidupmu, karena kita tidak tahu kapan Tuhan akan datang. Jangan sampai kita terlambat dan mendengar kata-kata yang mengerikan: “Aku tidak mengenal kamu.”

Editor Amatus.Rahakbauw : K

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *