Harianmerdekapost.com – Sumenep, Madura, Jawa Timur – Yayasan Pusat Studi Bung Karno (YPSBK) Madura menyelenggarakan acara Tasyakuran dan Doa Lintas Iman pada Selasa malam (5/8) di Cafe Tanean. Kegiatan ini mengusung tema “Memperjuangkan Keadilan dan Persatuan Nasional” sebagai bentuk rasa syukur atas bebasnya Hasto Kristiyanto, sekaligus menjadi momentum reflektif dalam merawat nilai-nilai kebangsaan.
Acara yang berlangsung khidmat ini dihadiri oleh tokoh-tokoh dari berbagai latar agama, seniman, budayawan, serta masyarakat sipil. Di antara tokoh penting yang hadir adalah KH. Fauzan, Romo Comdelis, serta D. Zawawi Imron, sastrawan legendaris asal Madura.
Kehadiran mereka mencerminkan semangat kolektif lintas iman dan elemen masyarakat dalam memperkuat nasionalisme dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan di tengah tantangan bangsa saat ini.
Dalam sambutannya, Darul Hasyim Fath, pembina YPSBK Madura, mengajak seluruh elemen bangsa untuk terus menjaga dan menyalakan api kemerdekaan serta semangat kerakyatan yang telah diwariskan oleh para pendiri republik.
“Kemerdekaan dan kerakyatan terus menyala. Tidak ada yang lebih tinggi dari kemanusiaan, dan itulah janji republik yang ditunaikan oleh Presiden kita, Prabowo Subianto,” ujar Darul.
Darul juga menyampaikan apresiasinya terhadap sikap kenegarawanan Presiden Prabowo yang telah memberikan amnesti kepada Hasto Kristiyanto. Menurutnya, langkah tersebut merupakan keputusan strategis yang menunjukkan komitmen terhadap prinsip keadilan dan semangat persatuan nasional.
“Amnesti kepada Hasto diberikan atas nama keadilan dan Persatuan Nasional. Ini adalah ikatan janji republik yang menyemai Ibu Pertiwi, sebagaimana ditegaskan Presiden Prabowo,” tegasnya.
Lebih lanjut, Darul menekankan pentingnya menghargai hak prerogatif Presiden sebagai bentuk penghormatan terhadap konstitusi, khususnya UUD 1945, yang menjadi fondasi berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sebagai penutup, suasana malam itu semakin syahdu ketika Zawawi Imron membacakan puisi dan narasi kebangsaan. Dengan kata-kata yang sarat makna dan semangat persatuan, sang maestro sastra menutup acara dengan penuh kekhusyukan dan penghayatan.(*)