Menatap Langit Menanti Petir dan Guntur Bergemuruh.

Penulis : Amatus.Rahakbauw.K Sabtu 26 Oktober 2024

Arikel, Nasional1501 Views

Hujan mulai turun di desa kecil di pinggir lembah, butirannya perlahan jatuh menyapa bumi yang haus. Langit gelap menggantung rendah, seakan membawa pesan misterius dari alam yang dalam. Di balik tetesan hujan, seorang anak bernama Ranu duduk di beranda rumahnya, menatap langit dengan mata penuh harap.

Sejak kecil, Ranu selalu terpesona oleh kehadiran petir dan guntur. Bagi orang lain, itu mungkin sekadar tanda badai yang mengerikan atau bencana yang datang tiba-tiba. Namun, bagi Ranu, setiap petir yang menyambar dan setiap guntur yang menggelegar adalah keajaiban yang tak terkatakan—seperti pesan dari langit yang ingin disampaikan khusus untuknya.

“Kenapa kau selalu menunggu petir, Nak?” tanya sang Ibu, heran melihat putranya yang begitu bersemangat setiap kali langit mulai mendung.

“Entahlah, Bu,” jawab Ranu sambil terus menatap langit. “Ada sesuatu di sana… sesuatu yang terasa akrab. Suara guntur itu, seakan memanggilku.”

Ibunya hanya tersenyum. Ranu selalu memiliki hati yang lembut, dan sering kali ia berbicara tentang hal-hal yang sulit dipahami. Namun malam itu berbeda. Suara guntur yang begitu dinantinya bergema lebih keras dari biasanya, menggetarkan tanah dan mengguncang jendela rumah.

Ranu berdiri, terpesona. Ia merasakan sesuatu yang luar biasa, lebih dari sekadar kehadiran alam. Langit mendadak dipenuhi kilatan cahaya petir, yang seolah-olah menggambar garis-garis putih di kanvas hitam. Guntur menyusul, menggema panjang, dan Ranu menutup matanya, menikmati setiap detiknya.

Kemudian, suara itu datang. Bukan guntur, bukan petir, tapi suara lembut di balik semua itu, yang berbisik di telinga hatinya. “Ranu, apakah kau mendengarku?”

Ranu membuka matanya, dan seakan langit berbicara padanya. Ia merasakan kehadiran yang hangat, kehadiran yang memeluknya erat. Dalam detik itu, ia merasa begitu damai, seolah dunia seluruhnya merangkulnya dengan lembut.

See also  Delapan Tahun Sebelumnya, Robert Koch, Ahli Mikrobiologi Asal Jerman, Sudah Menemukan Bahwa Kolera Ditularkan Melalui Air.

Langit terus menggelegar, tapi kali ini Ranu tidak hanya mendengar suara keras. Ia mendengar nada, melodi, dan pesan cinta yang tak terucap. Petir dan guntur malam itu mengalun seperti simfoni, menyampaikan bahwa alam ini luas, bahwa di luar sana ada kekuatan yang senantiasa menjaganya.

Di tengah gemuruh, Ranu memejamkan mata, hatinya berkata pelan, “Aku mendengarmu, langit.”(ARK).

Editor : Amatus.Rahakbauw.K

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *