Di tengah dinginnya kabut pagi, sebatang anggrek hitam yang langka mekar indah di hutan pegunungan. Bunga itu bukan sekadar tumbuhan, melainkan simbol dari harapan yang terjawab. Cerita ini mengisahkan perjuangan, doa yang tulus, dan keajaiban yang hadir di saat yang paling tak terduga.
Fajar mulai menyingsing, memecah keheningan malam dengan sinar lembut yang menembus dedaunan. Di sebuah lembah yang jauh dari hiruk pikuk kota, hiduplah seorang perempuan bernama Laras. Setiap pagi, ia berjalan menyusuri hutan untuk mencari anggrek hitam—bunga yang dipercaya membawa berkah dan jawaban atas doa-doa yang terpendam.
Hari itu, langkah Laras terasa lebih berat. Hatinya dipenuhi keraguan, tetapi doa yang selalu ia panjatkan memberi kekuatan. Ia ingin membawa pulang setangkai anggrek hitam, bunga yang akan ia persembahkan sebagai simbol rasa syukur dan harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Ketika embun pagi menyentuh kulitnya, Laras tiba di sebuah tebing kecil yang dipenuhi tumbuhan liar. Pandangannya tertuju pada sesuatu yang berbeda—di antara semak belukar, setangkai anggrek hitam mekar dengan sempurna.
Laras tertegun. Air mata menetes tanpa ia sadari.
“Terima kasih, Tuhan… Doaku telah Kau jawab,” bisiknya lirih.
Bunga itu bukan hanya hadiah dari alam, tetapi juga simbol dari perjalanan panjang Laras—perjalanan yang dipenuhi keyakinan dan keteguhan hati. Dalam diam, Laras menyadari satu hal: keajaiban selalu datang kepada mereka yang tidak pernah berhenti berharap dan berdoa.
Setangkai anggrek hitam itu, kini, menjadi saksi bahwa segala doa yang tulus pasti akan menemukan jalannya. Di embun pagi, Laras melangkah pulang dengan hati yang penuh rasa syukur, membawa harapan baru yang mekar dalam hidupnya.
Setiap doa memiliki waktu dan cara untuk dijawab. Jangan pernah lelah berharap, karena di balik setiap perjalanan ada keajaiban yang menunggu.
Editor : Amatus.Rahakbauw. K