Hidup ini bagaikan sebotol tinta yang perlahan habis, digunakan untuk menulis cerita di atas lembaran waktu. Setiap tetes tinta adalah bagian dari perjalanan, tak peduli apakah itu kebahagiaan, kesedihan, kemenangan, atau kegagalan. Begitulah hidup menggambarkan dirinya melalui tinta yang kita pakai.
Di sebuah kota kecil, ada seorang penulis bernama Arya. Ia dikenal karena cerpen-cerpennya yang selalu penuh makna. Namun, siapa sangka, di balik kesuksesannya, ia menyimpan luka mendalam. Arya kehilangan kedua orang tuanya dalam kecelakaan sewaktu kecil, dan sejak saat itu ia hidup berpindah-pindah dari satu keluarga asuh ke keluarga lainnya.
Setiap malam, Arya selalu menulis, menuangkan semua rasa yang tak bisa ia ungkapkan. Bagi Arya, hidup ini seperti tinta di pena miliknya. Terkadang, tinta itu menuliskan kisah yang indah; terkadang, ia meninggalkan noda kesalahan yang tak bisa dihapus.
Suatu hari, ia bertemu seorang anak kecil bernama Bima, yang duduk sendirian di pinggir jalan. Anak itu memegang sebuah buku lusuh tanpa tinta di dalamnya. Arya merasa iba dan bertanya, “Kenapa kamu membawa buku kosong itu?”
Bima menatap Arya dengan mata penuh harap dan menjawab, “Saya ingin menulis cerita tentang hidup saya, tapi saya tidak punya pena.”
Kata-kata itu menyentuh hati Arya. Ia melihat dirinya sendiri di masa kecil dalam diri Bima—kesepian, penuh mimpi, tetapi terbatas oleh keadaan. Arya memberikan pena kesayangannya kepada Bima dan berkata, “Tulis apa pun yang kamu mau. Ceritakan semua mimpi, rasa sakit, dan kebahagiaanmu. Jangan takut tinta habis, karena selama kamu mau menulis, hidupmu akan selalu berarti.”
Bima tersenyum lebar dan menerima pena itu. Ia mulai menulis di buku lusuhnya, dan setiap kalimat yang ia tulis menjadi saksi perjalanan barunya. Melihat itu, Arya merasa seolah tinta kehidupannya sendiri mulai terisi kembali.
Dari pertemuan itu, Arya sadar bahwa hidup ini bukan hanya tentang tinta yang kita pakai untuk menulis cerita kita sendiri, tetapi juga bagaimana tinta itu bisa membantu orang lain menulis cerita mereka.
Pesan: Hidup adalah sebuah perjalanan yang terus ditulis. Terkadang kita kehabisan tinta, tetapi selalu ada cara untuk mengisi ulang—entah dengan berbagi, belajar, atau memberi makna bagi orang lain. Jadikan setiap tetes tinta itu berarti, karena kisahmu adalah bagian dari cerita yang lebih besar.
Penulis : ARK
Editor : Amatus.Rahakbauw. K