Siapakah Orang Yang Kamu Anggap Paling Penting Di Dalam Hidupmu.

Dalam suatu kursus pelatihan, penggembleng (ing. trainer) menjelang waktu istirahat,
para peserta di ajak untuk mengerjakan sebuah soal “permainan”.

Dalam pertanyaan yang disampaikan adalah sebagai berikut: “Siapakah orang yang paling penting di dalam hidup Anda?”

Dalam kegiatan Penggembleng itu kemudian ia meminta bantuan seorang peserta perempuan untuk hendak maju ke depan kelas. “

Kamu silakan menulis 12 nama yang paling dekat dengan kehidupan kamu saat ini,” tuturNya.
Peserta perempuan itu pun dengan penuh percaya diri menuliskan ke12 nama di papan tulis. Adapun nama-nama yang ditulis diantaranya terdapat sahabat karibnya, teman sekantor, tetangga, bahkan pula anggota keluarga, dan lain-lain.

Kemudian sang penggembleng mempersilakan kepada para peserta untuk dapat segerah memilih daftar nama yang telah dibuatnya satu nama yang dianggapnya paling tidak penting didalam dirinya dengan cara mencoret nama itu.

Lalu peserta itu pun hendak mencoret nama dari salah satu tetangganya.
Kemudian sang penggembleng meminta peserta itu untuk mencoret satu nama lagi yang dianggapnya tidak penting di hidupnya ketika ia melihat dari daftar nama Peserta yang ada ia pun melakukannya.

Kali ini yang ia coret adalah nama teman sekantornya. Begitu seterusnya. Sampai pada suatu ketika di papan tulis hanya tersisa 3 nama, yaitu nama orang tuanya, nama suami dan nama anaknya.

Ruang pertemuan itu tiba-tiba suasana ruang kelas itu terasa begitu sunyi senyap semua peserta pelatihan dengan kaget dan terkejut mengarahkan pandangan matanya ke arah sang penggembleng.

Lalu mereka bertanya-tanya apa yang selanjutnya akan diinstruksikan olehnya. Apakah permainan ini akan dinyatakan selesai dan tidak ada lagi nama yang harus dipilih atau pun dicoret?

See also  Kodim 0819 Pasuruan Gelar Lomba PBB " Dalam Rangka Memperingati HUT TNI Ke 79"

Keheningan ruang pertemuan itu menjadi sirna seketika sang penggembleng kemudian berkata, “Silakan coret satu nama lagi!!”
Dengan perlahan dan agak ragu, peserta itu mengambil spidol dan mencoret satu nama. Ia mencoret nama ORANG TUANYA!
“Silakan coret satu lagi!” instruksi sang penggembleng.
Tampaknya peserta itu amat larut dalam permainan ini. Ia begitu gelisah bahkan dengan penuh keraguan. Ia mengangkat spidolnya tinggi-tinggi dan akhirnya mencoret nama pada urutan teratas, yaitu nama anaknya!!
Seketika itu juga kisa tangisnya pecah.

Setelah suasana sedikit tenang, sang penggembleng kemudian bertanya, “Orang terkasih anda bukan orang tua maupun anak anda? Orang tua telah berjasa melahirkan dan membesarkan anda, bukan? Sementara itu, sang anak, bukankah anda yang telah melahirkannya? Mungkin dulu untuk melahirkannya anda memerlukan sebuah perjuangan yang luar biasa. Sedangkan suami, kalau dia “dicoret” atau pergi, anda masih bisa mencari yang lain sebagai gantinya. Benar, tidak? Jika demikian, mengapa Anda memilih suami sebagai orang yang paling penting dan sulit dipisahkan?”
Semua mata dalam ruang pertemuan itu tertuju pada peserta perempuan yang masih berdiri di depan kelas itu. Mereka menunggu apa yang hendak dikatakannya.
“Waktu akan berlalu. Orang tua akan pergi meninggalkan saya. Begitu juga anak saya. Jika ia telah dewasa dan menikah, ia akan meninggalkan saya. Yang masih bisa diharapkan untuk menemani saya didalam hidup ini hanyalah suami saya,” jawabnya kemudian.

Mendengar jawaban seperti itu, semua orang di dalam ruangan itu spontan bertepuk tangan…
Anonim.

 

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *