Mentari pagi memancarkan sinarnya di balik pepohonan. Dalam heningnya sebuah hutan kecil, seekor rusa berlari perlahan menyusuri aliran sungai yang tersembunyi di antara celah-celah batu. Matanya berbinar, menatap gemericik air yang jernih, seolah menemukan tempat yang telah lama dirindukan.
Rusa itu berhenti di tepi sungai, menundukkan kepalanya, dan mulai meneguk air yang segar. Dalam diam, ia seakan berbicara pada Sang Pencipta. Bukan hanya untuk melepas dahaga tubuhnya, tetapi juga untuk memuaskan kerinduan jiwanya. “Seperti air ini, Engkaulah yang menjadi sumber kehidupanku,” bisiknya dalam hati.
Di tempat yang berbeda, seorang wanita muda bernama Sarah duduk termenung di teras rumahnya. Hatinya terasa kosong, seperti ada sesuatu yang hilang dari hidupnya. Sudah lama ia merasa jauh dari Tuhan. Rutinitas yang sibuk dan kekhawatiran akan kehidupan telah menjauhkannya dari waktu-waktu merenung dan berdoa.
Pagi itu, Sarah mengambil Alkitabnya yang lama tertutup debu. Tangannya berhenti pada ayat di Mazmur 42:2:
“Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.”
Ayat itu menembus hatinya seperti anak panah. Ia teringat masa-masa ketika ia begitu dekat dengan Tuhan, saat firman-Nya menjadi penuntun hidup dan doa menjadi kekuatan jiwanya. Tak terasa air mata mengalir. Ia sadar, kekosongan yang dirasakannya selama ini adalah kerinduan jiwa yang tak terpenuhi.
Sarah memejamkan mata dan berdoa, sesuatu yang sudah lama tidak ia lakukan. “Tuhan, aku rindu akan hadirat-Mu. Jadikan Engkau satu-satunya sumber pengharapanku. Kembalikan hatiku yang haus akan firman-Mu,” bisiknya dengan penuh ketulusan.
Dalam keheningan, ia merasakan damai yang begitu nyata. Seolah Tuhan sendiri menjawab kerinduan jiwanya, memenuhi setiap kekosongan yang ia rasakan.
Di hutan yang jauh dari rumah Sarah, rusa itu mengangkat kepalanya dari aliran sungai. Ia menatap langit biru dengan penuh ketenangan, lalu melangkah dengan kekuatan baru. Seolah ia tahu bahwa Sang Pencipta sedang menjaga setiap langkahnya.
—
Makna Cerita:
Cerpen ini adalah refleksi kehidupan manusia yang sering kali melupakan kebutuhan jiwa untuk mendekat pada Tuhan. Seperti rusa yang merindukan air, manusia juga membutuhkan Tuhan sebagai sumber kekuatan, harapan, dan kedamaian. Ketika jiwa merindukan Allah, Dia selalu hadir untuk memuaskan dahaga jiwa yang mencari-Nya.
Semoga cerita ini menjadi berkat dalam hidup Anda.