Dalam perjalanan hidup manusia, Allah memiliki rancangan yang sering kali tidak langsung kita pahami. Salah satu peristiwa yang paling kontroversial dalam Alkitab adalah pengkhianatan Yudas Iskariot terhadap Yesus dengan 30 keping perak. Pertanyaannya adalah, apakah tindakan Yudas ini merupakan bagian dari rancangan Allah? Untuk menjawabnya, kita harus melihat teks dan konteks Alkitab secara menyeluruh.
1. Nubuat tentang Pengkhianatan Yudas
Pengkhianatan Yesus telah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Salah satu nubuatnya terdapat dalam Mazmur 41:10:
“Bahkan sahabat karibku yang kupercayai, yang makan rotiku, telah mengangkat tumitnya terhadap aku.”
Nubuat ini digenapi ketika Yudas, salah satu murid Yesus, mengkhianati-Nya. Dalam Zakharia 11:12-13, juga dinubuatkan tentang 30 keping perak:
“Lalu mereka menimbang upahku, tiga puluh keping perak. Tetapi berfirmanlah TUHAN kepadaku: Campakkanlah itu kepada penuang logam! — nilai tinggi yang ditaksir mereka kepadaku! Maka aku mengambil tiga puluh keping perak itu dan melemparkannya ke dalam rumah TUHAN, kepada penuang logam.”
Nubuat ini digenapi dalam Matius 26:14-16, ketika Yudas bersepakat dengan imam-imam kepala untuk menyerahkan Yesus dengan 30 keping perak.
2. Apakah Pengkhianatan Yudas Rancangan Allah?
Kita perlu memahami bahwa Allah dalam kedaulatan-Nya mengetahui apa yang akan terjadi, tetapi itu tidak berarti Allah memaksa seseorang untuk berdosa. Yudas memiliki kehendak bebas untuk memilih.
Yesus sendiri mengetahui bahwa Yudas akan mengkhianati-Nya. Dalam Yohanes 13:26-27, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya bahwa salah satu dari mereka akan mengkhianati-Nya. Setelah memberikan roti kepada Yudas, Iblis masuk ke dalamnya, dan Yudas pergi untuk melaksanakan pengkhianatan itu.
Yesus berkata dalam Matius 26:24:
“Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan! Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.”
Ayat ini menunjukkan bahwa meskipun pengkhianatan itu sesuai dengan nubuat, Yudas tetap bertanggung jawab atas tindakannya. Allah tidak pernah merancang kejahatan, tetapi Ia dapat menggunakan tindakan manusia untuk menggenapi rencana keselamatan-Nya.
3. Rancangan Allah dalam Pengorbanan Yesus
Yesus datang ke dunia untuk mati bagi dosa manusia. Yesaya 53:10 menyatakan bahwa itu adalah kehendak Tuhan:
“Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya.”
Yesus sendiri berkata dalam Yohanes 10:17-18 bahwa Ia menyerahkan nyawa-Nya secara sukarela:
“Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri.”
Pengkhianatan Yudas hanyalah salah satu bagian dari keseluruhan peristiwa yang membawa kepada penyaliban Yesus, tetapi Yesus sendiri menyerahkan diri-Nya sesuai dengan rencana Allah.
Kesimpulan
Apakah pengkhianatan Yudas adalah rancangan Allah? Dalam pengertian bahwa Allah mengetahui dan menubuatkannya, ya. Tetapi dalam pengertian bahwa Allah yang memaksa Yudas untuk berbuat dosa, tidak. Yudas bertindak dengan kehendak bebasnya sendiri, tetapi Allah menggunakan tindakan itu untuk menggenapi rencana keselamatan-Nya.
Rancangan Allah dalam kehidupan manusia sering kali sulit dipahami, tetapi satu hal yang pasti: segala sesuatu terjadi untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah (Roma 8:28). Melalui kematian dan kebangkitan Yesus, kita semua menerima keselamatan yang telah dirancangkan Allah sejak semula.
Editor Amatus.Rahakbauw. K