Di Jalan Sowi 3, Distrik Manokwari Timur, hiduplah seorang anak bernama Seli. Ia adalah bagian dari komunitas kecil yang dikenal sebagai Anak-Anak Generasi Emas. Mereka selalu diajarkan untuk bersyukur kepada Tuhan atas setiap berkat yang diterima.
Hari itu, Selasa, 25 Maret 2025, adalah hari yang istimewa. Kakak mereka, Natalia Bosawer, baru saja lulus dari Universitas Papua (Unipa) dan resmi menyandang gelar Sarjana Pertanian. Untuk merayakan momen berharga ini, diadakan ibadah pengucapan syukur yang dipimpin oleh Gembala Pdt. Clarce Bonsafia-Fakdawer, dengan ayat renungan dari Ulangan 5 dan Yohanes 4:23-24, serta ditutup oleh Pdt. Marice Fakdawer-Kafiar.
Melihat betapa spesialnya hari itu, Seli dan teman-temannya ingin memberikan sesuatu yang berkesan.
“Apa yang bisa kita lakukan agar acara ini semakin istimewa?” tanya Seli penuh semangat.
“Bagaimana kalau kita menyumbangkan satu pujian emas bagi Tuhan?” usul Yosua, sahabatnya.
Semua setuju. Mereka memilih sebuah lagu pujian dan berlatih dengan tekun setiap sore setelah sekolah di gereja kecil mereka.
Saat hari ibadah tiba, gereja dipenuhi oleh keluarga, sahabat, dan jemaat yang ingin merayakan kelulusan Natalia. Suasana penuh sukacita. Ketika tiba waktunya, Seli dan teman-temannya maju ke depan.
Dengan suara merdu dan hati yang penuh sukacita, mereka mempersembahkan pujian emas bagi Tuhan. Suasana menjadi haru, beberapa jemaat bahkan menitikkan air mata. Natalia tersenyum bahagia melihat adik-adiknya memberikan yang terbaik bagi Tuhan di hari spesialnya.
“Terima kasih, adik-adik,” kata Natalia setelah ibadah selesai. “Pujian kalian adalah hadiah terindah yang bisa kudapatkan hari ini.”
Seli dan teman-temannya tersenyum bahagia. Mereka menyadari bahwa ketulusan dalam memberikan sesuatu untuk Tuhan, sekecil apa pun, dapat menjadi berkat bagi banyak orang.
Sejak hari itu, mereka semakin semangat dalam melayani dan terus mempersembahkan pujian emas bagi Tuhan di setiap kesempatan.
Editor Amatus.Rahakbauw. K