Kegagalan Bupati Lumajang Bangun Dam Gambiran Salah Satu Bukti Abai Pada Petani

Berita, Pemerintah1878 Views

Harianmerdekapost.com, Lumajang. jatim -. Jebolnya Dam Gambiran pada 18 Febuari 2021masih menjadi polemik para petani terdampak, pasalnya sampai masa jabatan bupati Lumajang menjelang habis pada 23 September 2023 Dam Gambiran belum menampakkan aliran air mengaliri sawah seluas 380 hektar di 3 desa kecamatan lumajang. Meskipun pemerintah daerah telah berupaya semaksimal mungkin air dari Kali asem belum mampu mengairi sawah seperti sebelum jebolnya Dam Gambiran . Sedangkan air hanya bisa mengalir 1500 meter dari pintu air kali asem. tinggi air hanya 3 batu atau sekitar 20 -30 cm dari tinggi sungai 1,5 meter.

Petani terdampak jebolnya Dam Gambiran sampai berita ini di rilis kondisi lahan persawahan petani masih banyak yang tidak mendapatkan manfaat air, saat petani membutuhkan air untuk mengairi sawah, sebagian petani nyedot air dengan pompa air dari sungai serta dengan membendung sungai supaya air naik ke sawah di karenakan tinggi air tidak sesuai yang di harapkan petani , di lansir dari berita Cyber, Kabid Sumber daya Air DPUTR , Hari Sudjoko, mengatakan bahwa debit air yang masuk ke aliran irigasi 3 desa mencapai 115/ liter per detik. atau Sama dengan mengairi sawah luasan 40 hektar. Sedangkan luasan lahan terdampak 380 hektar , masih 340 hektar sawah yang masih tak teraliri air, terbukti hilir yang ada di desa Boreng masih kering dan tidak pernah teraliri air.

Beberapa petani yang terdampak beberapa waktu lalu( 16/8/2023) akan gelar penggalangan dana untuk biaya pembangunan DAM Gambiran karena selama ini pemerintah daerah beralasan minim anggaran. Gerakan penggalangan dana petani gagal dan di mediasi antara petani dan Bupati Lumajang Thoriqul Haq, bertempat di desa Boreng kecamatan Lumajang. bupati berjanji akan berupaya selama satu minggu untuk mengaliri sawah dengan segala upayanya melalui dinas terkait namun sampai saat ini air tidak maksimal mengairi sawah.

See also  Bersama Fakultas Teknik Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Satuan Polisi Pamong Praja (Pol PP) Bangkalan Adakan Giat Sosialisasi  Tentang UU Cukai

Salah satu petani yang memiliki sawah di Desa Suko kelurahan Rogotrunan kecamatan lumajang , Lutfi ( 50th), Mengeluhkan penanganan pemerintah daerah yang selama ini telah abai kepada petani khususnya petani tiga desa terdampak jebolnya Dam Gambiran. Saat di depan petani terdampak Bupati Lumajang Selalu berjanji akan membangun bendungan Dam Gambiran dan berupaya bisa mengairi sawah namun janji janji dari pemerintah daerah belum realisasi secara maksimal.

“, kami sangat kecewa sekali dengan penanganan pemerintah daerah Lumajang kepada petani terdampak . kami selalu di beri janji janji dan bahasa upaya penyelesaian, namun secara fakta di lapangan air mengalir tidak maksimal dan tidak bisa di manfaatkan petani karena lebih tinggi lahan dengan air irigasi , normalnya air irigasi setinggi 1 meter untuk bisa mengairi sawah kanan kiri sungai. sedangkan saat ini hanya 30 centimeter, untuk mendapat air harus bendung sungai supaya masuk ke sawah itupun harus bergantian. segala upaya pertemuan dengan pihak terkait khususnya dengan Bupati Lumajang sudah beberapa kali namun tetap tidak bisa membangun bendungan dam Gambiran “, Keluhnya .

Iskhak subagio, ketua HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) DPC Lumajang . menyoroti terkait lemahnya pemerintah daerah tentang pelaksanan sarana kesejahteraan petani tiga desa yang terdampak jebolnya Dam Gambiran terbukti dengan lemahnya penanganan pembangunan Dam Gambiran yang tidak masuk program skala prioritas , selama ini bupati Lumajang abai terhadap kehidupan para petani terdampak selama tiga tahun lalu.

Apabila di anggarkan dari APBD Rp 10 Milyar bukanlah angka fantastis daripada kerugian petani yang ratusan milyar. Petani merupakan penopang PDRB ( Produk Domestik Regional Bruto ) khususnya kabupaten Lumajang, sampai saat ini komposisi anggaran jauh dari kata keberpihakan pada petani.

See also  Meriahkan HUT Ke-78 RI, Pemkab Mimika Gelar Karnaval Kendaraan Hias

“, Ini sudah jelas kelihatan ada pembiaran dan tidak adanya keberpihakan kepala Daerah kepada petani terdampak, seyogyanya saat awal terjadi harus di prioritaskan tanggap darurat. Kerugian petani ratusan ratusan milyar, sedangkan anggaran untuk penanganan bendungan hanya kisaran 200 jutaan terhitung mulai jebolnya Dam Gambiran tahun 2021, sangat tidak sebanding dengan kerugian petani”, tegasnya (AN).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *