Jembatan Ambruk di Giligenting Tak Kunjung Tertangani, Warga Masih Menanti Janji Perbaikan

Jembatan Ambruk di Giligenting Tak Kunjung Tertangani, Warga Masih Menanti Janji Perbaikan

Harianmerdekapost.com – Sumenep, Madura, Jawa Timur – Sejak roboh pada Jumat (5/12/2025), jembatan penghubung di Desa Bringsang, Kecamatan Giligenting, Kabupaten Sumenep, dibiarkan terbengkalai tanpa perbaikan. Kerusakan tersebut hingga kini belum mendapat penanganan konkret, membuat denyut mobilitas warga setempat tersendat.

Akibat jembatan ambruk, akses utama masyarakat dari empat desa praktis terputus, khususnya bagi kendaraan roda empat yang tidak lagi bisa melintas.

Sebagai langkah darurat, warga bergotong royong membangun jembatan sementara dari material kayu. Namun, jembatan ini hanya mampu menahan kendaraan roda dua.

Sementara itu, kendaraan roda empat terpaksa memutar melalui jalur alternatif dengan jarak tempuh yang jauh lebih panjang.

“Jembatan ini merupakan akses utama bagi warga dari empat desa. Sepeda motor masih bisa lewat jalan lain, tapi mobil harus memutar jauh. Itu sangat memberatkan,” kata Mas Ari, warga Desa Bringsang, Senin (22/12).

Kondisi tersebut memicu desakan warga agar pemerintah daerah segera turun tangan. Pasalnya, jembatan itu memiliki peran krusial dalam menunjang aktivitas ekonomi dan mobilitas harian masyarakat.

Kepala Desa Bringsang, Ahmad Muzakki, mengungkapkan pihaknya telah berulang kali melakukan koordinasi dengan pemerintah kabupaten untuk mempercepat pembangunan kembali jembatan yang menjadi kewenangan daerah.

“Kami terus berkomunikasi dengan Pemkab melalui dinas terkait, termasuk Komisi III DPRD Sumenep. Harapannya, pembangunan jembatan ini bisa segera direalisasikan,” ujar Muzakki.

Di sisi lain, Kepala Bidang Bina Marga Dinas PUTR Sumenep, Slamet Supriyadi, menjelaskan bahwa sebelumnya terdapat dua opsi penanganan, yakni membangun jembatan darurat atau langsung membangun jembatan permanen.

Namun, hasil kajian teknis menunjukkan bahwa pembangunan jembatan darurat justru membutuhkan anggaran cukup besar.

“Estimasi biaya jembatan darurat sekitar Rp60 juta. Karena nilainya cukup tinggi, Bupati memutuskan agar langsung dibangun jembatan permanen pada 2026,” jelas Slamet.

READ  Polsek Gempol Gelar Giat Dharma Santi Bagi Takjil Dan Santunan Yatim Piatu "Dalam Rangka Cipta Kondisi Kondusifitas Wilayah Menyongsong Hari Raya Idul Fitri 1446H"

Ia menambahkan, anggaran pembangunan jembatan permanen tersebut direncanakan bersumber dari Bantuan Tidak Terduga (BTT) APBD tahun 2026.

Meski demikian, Slamet belum dapat memastikan waktu dimulainya pembangunan karena masih menunggu proses penganggaran.

“Yang pasti pelaksanaannya di tahun 2026, karena anggarannya baru akan masuk saat itu,” katanya.

Ia mengakui keresahan masyarakat akibat terputusnya akses vital tersebut. Namun, menurutnya, pemerintah daerah tetap harus mengikuti mekanisme anggaran yang berlaku.

“Kejadian ini tidak terduga dan anggaran 2025 belum tersedia. Kami juga berada dalam keterbatasan,” ujarnya.

Atas kondisi tersebut, Slamet menyampaikan permohonan maaf kepada warga Desa Bringsang dan sekitarnya.

“Kami mohon maaf karena belum bisa merealisasikan pembangunan di 2025. Insyaallah pada 2026 jembatan permanen akan kami bangun,” tuturnya.

Ia pun mengimbau masyarakat untuk bersabar dan memanfaatkan jalur alternatif yang tersedia sembari menunggu pembangunan dilakukan.(*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *