Penulis : Amatus Rahakbauw
Matius : 26:36-46
Kondisi kesedihan dan kegentaran besar yang dialami Tuhan Yesus di taman Getsemani.
Kondisi ini membuktikan bahwa Tuhan Yesus adalah manusia sempurna yang memiliki perasaan sedih dan gentar.
Oleh sebab itu, Ia memenuhi syarat untuk menggantikan manusia mati di kayu salib sebagai korban penebusan guna membayar lunas hutang dosa umat manusia (1 Petrus 2:24).
Peristiwa di taman Getsemani ini membuktikan kerelaan Tuhan Yesus menerima hukuman salib melalui tiga hal berikut: Pertama, meskipun tahu bahwa Yudas telah berkhianat dan akan menyerahkan-Nya kepada para musuh-Nya, Tuhan Yesus memilih untuk tidak menyembunyikan diri, melainkan pergi ke tempat yang biasa mereka kunjungi, agar Yudas dan pasukan Romawi dapat menemukan-Nya.
Kedua, Tuhan Yesus tiga kali menyampaikan doa yang sama kepada Allah Bapa. Penekanan doa tersebut bukan pada permintaan agar Ia dapat dibebaskan dari cawan murka Allah, melainkan pada kerelaan-Nya untuk taat kepada kehendak Allah.
Dalam berbagai kesempatan lain, Tuhan Yesus dengan tegas menyatakan bahwa kedatangan-Nya ke dunia adalah untuk melakukan kehendak Bapa, termasuk di dalamnya adalah menyerahkan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (Yohanes 6:38; 14:31; 15:10).
Ketiga, Tuhan Yesus menggambarkan apa yang akan dihadapi-Nya sebagai meminum cawan dari Allah. Istilah “cawan” sering dikaitkan dengan murka Allah atas dosa umat manusia (Yeremia 25:15-17; 51:7; Mazmur 75:9; Wahyu 14:10).
Dengan demikian, Tuhan Yesus mengetahui persis apa yang akan Ia hadapi ketika menyerahkan nyawa-Nya, yakni Ia akan menghadapi murka Allah atas diri-Nya karena Ia sedang menanggung dosa seluruh umat manusia. Meskipun Tuhan Yesus tahu cawan itu sangat menyakitkan, Ia dengan rela menerimanya.
Kerelaan Tuhan Yesus menanggung penderitaan salib tidak hanya menggenapkan keselamatan bagi orang percaya, namun juga menjadi teladan bagi kita dalam menaati kehendak Allah dalam segala keadaan.
Umumnya, kita mudah menaati kehendak Allah yang berkaitan dengan berkat dan kemudahan hidup. Sebaliknya, kita akan bergumul dan sulit menaati kehendak-Nya yang menuntut pengorbanan atau penderitaan. Sudahkah Anda bersyukur kepada Tuhan Yesus atas kerelaan-Nya mati sehingga Anda dapat memperoleh hidup yang kekal? Apakah Anda senantiasa taat kepada kehendak Allah dalam segala keadaan, khususnya saat ketaatan tersebut menuntut pengorbanan Anda?