Di sebuah desa kecil di tepian hutan Papua, tinggal seorang anak perempuan bernama Lani. Ia memiliki hubungan yang begitu erat dengan alam sekitarnya. Setiap pagi, burung-burung cenderawasih akan datang dan menari di pohon-pohon tinggi, memberi warna dan kehidupan di bawah sinar matahari pagi. Dari kecil, Lani telah diajarkan oleh orang tuanya untuk menghormati dan mencintai alam, terutama burung cenderawasih, yang dianggap sebagai burung suci di desanya.
Suatu hari, Lani melihat sekelompok orang asing datang ke desanya dengan senapan di tangan. Mereka berbicara dengan bahasa yang tak dikenalnya, namun dari gerak-geriknya, Lani tahu mereka tidak berniat baik. Mereka menunjuk-nunjuk ke arah hutan, dan tak lama kemudian, Lani mendengar bunyi tembakan yang menggelegar. Hatinya berdebar. Ia tahu, suara itu tidak baik untuk teman-teman cenderawasihnya.
Sore itu, Lani memberanikan diri masuk lebih dalam ke hutan. Ia melihat hal yang memilukan—seekor cenderawasih kecil tergeletak di tanah, sayapnya yang dulu indah berlumuran darah. Lani berlari mendekat, air mata jatuh membasahi pipinya. “Cenderawasih kecil, sayangku, jangan kau terluka…” gumamnya pelan sambil mengangkat burung kecil itu dengan lembut.
Dengan hati-hati, Lani membawa burung itu pulang ke rumah. Ia membersihkan luka di sayap burung itu dan membalutnya dengan dedaunan obat yang telah diajarkan oleh neneknya. Setiap hari, Lani merawat burung kecil itu, memberikan makanan, dan menemaninya hingga sayapnya sembuh.
Waktu berlalu, cenderawasih kecil itu mulai pulih. Suatu pagi, saat matahari mulai memancarkan sinarnya, Lani melihat burung itu mulai mengepakkan sayapnya. Lani tersenyum, meski hatinya terasa berat. Ia tahu, sudah saatnya burung cenderawasih itu kembali ke hutan. “Kau harus bebas, sayangku,” kata Lani sambil menatap burung itu dengan penuh kasih.
Burung itu mengepakkan sayapnya dan terbang ke udara. Lani menatapnya dengan mata yang berbinar-binar. Burung itu menari-nari di udara, seakan mengucapkan terima kasih sebelum akhirnya menghilang di balik pepohonan. Di saat itulah, Lani berjanji pada dirinya sendiri: Ia akan melindungi cenderawasih dan hutan ini. Tidak akan ada yang boleh melukai mereka lagi, selama ia masih bisa menjaga.
Sejak saat itu, Lani selalu berada di garis terdepan ketika ada orang asing yang datang dengan niat buruk. Ia mengajari teman-temannya dan orang-orang desa tentang pentingnya menjaga alam, agar burung cenderawasih dan keindahan hutan tetap abadi.
Dan setiap kali ia melihat seekor cenderawasih kecil terbang bebas di langit, hatinya selalu berbisik, “Sayangku, jangan pernah lagi kau terluka.”(ARK).
Editor : Amatus.Rahakbauw.K