Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh perbukitan hijau, hiduplah seorang perempuan bernama Marta. Ia dikenal sebagai pribadi yang penuh perhatian dan tak pernah segan membantu orang lain, namun ia menyimpan satu kelemahan: Marta sering kali membantu dengan setengah hati.
Ia hanya menolong ketika merasa tidak terlalu sibuk, atau ketika itu tidak mengganggu kepentingan pribadinya.
Suatu hari, desa tersebut dilanda badai besar. Angin kencang dan hujan deras menghancurkan banyak rumah, termasuk milik seorang nenek tua bernama Maria yang tinggal di ujung desa.
Maria sudah renta dan sakit-sakitan, sehingga ia tidak mampu memperbaiki rumahnya sendiri. Ketika tetangga lain datang meminta bantuan Marta untuk membantu nenek Maria, Marta menjawab dengan enggan, “Aku sedang sibuk hari ini. Mungkin besok aku bisa datang.”
Namun, esok harinya, Marta tetap tidak datang. Ia sibuk dengan urusannya sendiri, merasa bahwa bantuan untuk nenek Maria bisa menunggu.
Hari demi hari berlalu, dan nenek Maria akhirnya harus bertahan di rumah yang hampir roboh, hanya beralaskan kain tua yang tipis. Hingga suatu malam, Marta bermimpi.
Ia melihat seorang pria berpakaian putih yang datang menghampirinya. Pria itu menatapnya dengan lembut dan berkata, “Mengapa engkau membantu dengan setengah hati, padahal kasih yang Aku berikan kepadamu tidak pernah setengah hati?”
Marta terbangun dengan air mata mengalir. Ia tersadar bahwa selama ini ia hanya memikirkan dirinya sendiri. Pagi-pagi sekali, Marta pergi ke rumah nenek Maria.
Ia membawa bahan bangunan yang ia beli dari uang tabungannya dan mengajak beberapa tetangga untuk bersama-sama memperbaiki rumah nenek Maria.
Meski lelah, Marta merasa hatinya penuh damai. Untuk pertama kalinya, ia memberi dengan sepenuh hati tanpa mengharapkan imbalan.
Ketika rumah nenek Maria selesai diperbaiki, nenek itu memeluk Marta dengan erat sambil berbisik, “Tuhan Yesus memberkatimu, anakku.
Kasihmu telah menyelamatkan hidupku.” Marta menangis bahagia. Ia belajar bahwa kasih yang tulus tidak pernah setengah hati, sebab Tuhan sendiri selalu memberi kasih-Nya dengan sepenuh hati.
Sejak saat itu, Marta menjadi teladan di desanya. Ia dikenal bukan hanya karena kepeduliannya, tetapi juga karena kasih yang selalu ia tunjukkan dengan tulus dan sepenuh hati.
Pesan Moral: Kasih sejati adalah kasih yang diberikan tanpa pamrih dan tanpa setengah hati. Sebab Tuhan Yesus telah menunjukkan kasih yang sempurna kepada kita, dan kita dipanggil untuk membagikan kasih itu kepada sesama.
Editor : ARK