Renungan ini mengajak kita untuk merenungkan pentingnya menjauhkan keluarga dari sikap egosentrisme dan mementingkan diri sendiri, serta bagaimana kita bisa membangun hubungan keluarga yang mencerminkan kasih Tuhan. Ketika keluarga mulai terjebak dalam egoisme, hubungan antar anggota keluarga akan terancam, dan kehadiran Tuhan dalam kehidupan kita bisa terhalangi. Pesan Amos dalam kitab Amos 5:6-7, 10-15 menjadi panggilan agar kita terus mencari kebaikan dan menjauhi kejahatan demi memuliakan Tuhan.
Mazmur 90:12-17 mengingatkan kita akan pentingnya hidup dengan bijaksana, menyadari bahwa hidup ini singkat dan kita harus mengisi hari-hari kita dengan perbuatan yang mencerminkan kasih Tuhan. Hal ini penting dalam keluarga, karena dengan sikap bijaksana kita akan lebih peduli terhadap perasaan dan kebutuhan anggota keluarga lain.
Dalam Ibrani 4:12-16, firman Tuhan digambarkan sebagai pedang yang mampu menembus hati dan mengungkap motivasi terdalam kita. Firman ini bisa menjadi cermin untuk melihat apakah tindakan kita dalam keluarga didasarkan pada kasih atau egoisme. Firman ini juga memberikan kekuatan bagi kita untuk berubah dan meninggalkan sifat-sifat egois, dengan mendekat kepada Tuhan.
Markus 10:17-31 mengisahkan bagaimana keegoisan bisa menjadi penghalang untuk mengikuti Tuhan sepenuhnya. Orang kaya yang enggan meninggalkan hartanya mengajarkan bahwa jika kita lebih mementingkan kenyamanan pribadi daripada kehendak Tuhan, kita tidak akan mampu mengikuti-Nya dengan sepenuh hati. Dalam konteks keluarga, hal ini berarti kita harus bersedia berkorban untuk kebaikan bersama.
Beberapa langkah praktis yang dapat diterapkan untuk menolak egosentrisme dalam keluarga termasuk sikap rendah hati, menghargai pendapat anggota keluarga, mengutamakan kebersamaan, berpegang pada firman Tuhan sebagai pedoman, serta berani mengakui kesalahan dan meminta maaf. Dengan cara-cara ini, keluarga dapat menjadi tempat di mana kasih Tuhan diwujudkan dalam setiap tindakan, membawa kedamaian dan kegembiraan yang sejati.
Akhirnya, menempatkan Yesus sebagai pusat kehidupan keluarga adalah kunci untuk menciptakan hubungan yang penuh kasih, damai, dan harmoni.(ARK)
Editor : Amatus.Rahakbauw.K