Harianmerdekapost.com, Kota Batu Malang, Jatim – LMDH Dadi Asri beserta masyarakat Desa Oro oro Ombo melakukan kegiatan adat selamatan sumber air dilereng gunung Panderman, mengkedepankan sosial kultur dan kearifan lokal dengan Dipandegani (dipimpin.red) Ketua LMDH Dadi Asri, Ahmad bersama sesepuh adat Desa Oro oro Ombo Kota Batu, Kamis (25/01/2024).
Dalam kesempatan tersebut saat ditemui awak media, Sukirman selaku ketua Lembaga Adat Desa Oro oro Ombo menyampaikan rasa terimakasih yang tak terhingga atas kehadiran Kepala Desa bersama perangkat desa serta unsur Muspika, Asper BKPH Pujon KPH Malang dan para penggiat lingkungan yang hadir termasuk para siswa SD Oro oro Ombo.
“Kegiatan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran generasi penerus akan pentingnya air bagi kehidupan dengan pola pendekatan uri uri adat budaya setempat”, tandasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Wiweko Kades Oro oro Ombo menyampaikan hal senada bahwa acara selamatan sumber sak lingkungane (di sekitar dalam bahasa Jawa.red) Gunung Panderman agar kiranya dijadikan agenda kegiatan rutin tahunan desa.
Dan patut disyukuri masyarakat Desa Oro oro Ombo sudah sadar dan sesadarnya akan pentingnya air, apalagi jumlah penduduk berjumlah kurang lebih 13.000 jiwa merasa telah tercukupi pemenuhan akan kebutuhan air dan selama ini mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Sebagai ajakan serta anjuran untuk tetap menjaga hutan tetap lestari dan hutan jangan sampai rusak, merupakan harapan kedepan adanya edukasi mencintai alam dengan menghadirkan murid-murid baik SMP dan SMA yang ada di wilayah Oro oro Ombo serta generasi muda dan sekitarnya.
Untuk tetap menjaga mata air sumber dan kelestarian hutan dengan flora faunanya Asper Pujon,Yuda Mahardika sangat mengapresiasi kegiatan yang dilakukan oleh LMDH Dadi Asri beserta kelompok dan lembaga peduli lingkungan dan hutan sehingga terjadinya sinergitas untuk tujuan kemaslahatan.
Upaya konservasi budaya bagi masyarakat desa tentang menjaga alam khususnya mata air itu sangat penting, dengan dimunculkan simbol simbol dengan ritual adat sebagai tradisi seperti Ngupokoro, slametan sumber metri banyu, susuk wangan, slametan dawuhan adalah bagian tidak terpisahkan bagi masyarakat agraris dan sepanjang sabuk gunung.
Slamatan tersebut juga bagian kesiap siagaan bencana terhadap ekosistem setempat, serta bagian dari bentuk rasa Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Perlindungan Nya.
Senada seperti yang dikatakan Gus Mad Berlin, seorang tokoh penggiat lingkungan, kegiatan budaya ini sangatlah penting dan perlu dilestarikan dan dijadikan agenda budaya lokal, kegiatan tersebut salah satu dari bagian mitigasi bencana ataupun peringatan dini akan pentingnya merawat alam dan lingkungan khususnya mata air dan hutan penyangga.
“Istilah saya Giri,Wana Tirta, menyelamatkan gunung, menyelamatkan Hutan, menyelamatkan Mata Air,sebagai bagian dari kebutuhan masyarakat”,ucap Gus Mad Berlin penggiat lingkungan dari komunitas Sabers Pungli dan Nyadran Resik Kalen kota Batu, dan salah satu tokoh masyarakat peduli lingkungan dan budaya Kota Batu disampaikan saat awak media mengkonfirmasinya diacara tersebut.
Demikian juga menurut Ketua Umum Ormas Forum Masyarakat Pranata Praja Nusantara-Dodik Purwoko,SP. kegiatan ini adalah hal Gayung bersambut yang sehari setelahnya melakukan Perjanjian Kerjasama dengan Perum Perhutani KPH Malang terkait Eduwisata membangun kesadaran etika sosial,kesadaran hukum dan penangan permasalahan pemanfaatan dan penggunaan air diwilayah kawasan hutan kemudian hari ini Kamis, (25/01/2024) LMDH Dadi Asri beserta masyarakat melakukan selamatan sumber mata air.
“Keyakinan kami bahwa kemakmuran dan kejayaan masyarakat akan terpenuhi manakalah seiring dengan kehendak bumi yang mereka pijak”, tandasnya. Dodik juga menanamkan filosofi bahwa
“Asal air maka hasilnya juga air, ambil air maka secara etika sosial juga harus bertanggungjawab agar air juga harus tetap ada”,pungkasnya. (red)