Kisah Perjalanan Ziarah Rohani: Dari Papua Barat ke Yerusalem dan Mesir

Awal Perjalanan dari Papua Barat :

Pagi itu, suasana di Bandara Rendani, Manokwari, penuh dengan semangat dan antusiasme. Para peserta ziarah, yang dipimpin oleh Emma Ellen J. Wanma, M.A., pemimpin Travel Shalom Papua, berkumpul dengan koper dan hati yang penuh harapan. Kami adalah rombongan ziarah rohani dari Papua Barat, bersiap menapaki jejak iman ke Tanah Suci.

Dua jam sebelum keberangkatan, seluruh bagasi diperiksa dengan cermat. Setelah doa bersama, pesawat pun lepas landas menuju Jakarta.

Setibanya di Jakarta, kami langsung menuju hotel untuk beristirahat. Malam itu, ibadah syukur diadakan, dan setiap peserta menerima atribut perjalanan berupa syal bertuliskan nama rombongan serta buku panduan ziarah. Keesokan harinya, kami penuh semangat berangkat ke Bandara Soekarno-Hatta untuk penerbangan panjang menuju Kairo, Mesir.

Menginjakkan Kaki di Tanah Mesir

Perjalanan udara yang panjang terasa melelahkan, tetapi sesampainya di Kairo, rasa penat seakan lenyap. Kairo, kota yang menjadi saksi sejarah bangsa Israel dan tempat keluarga kudus bersembunyi dari ancaman Raja Herodes (Matius 2:13-15), menyambut kami dengan kehangatannya.

Hari pertama di Mesir, kami mengunjungi kawasan Kota Tua, termasuk Gereja Abu Serga, tempat keluarga kudus pernah tinggal, dan Sinagoga Ben Ezra, salah satu sinagoga tertua di Mesir.

Keajaiban Piramida Giza dan Gereja Sampah

Hari berikutnya, kami menyaksikan keajaiban dunia di Piramida Raja Cheops dan Sphinx yang megah. Melihat kemegahan ini, kami merenungkan kebesaran Tuhan yang telah memberi manusia kemampuan luar biasa untuk menciptakan keindahan tersebut.

Kemudian, perjalanan dilanjutkan ke Gereja Sampah (St. Simon the Tanner), sebuah gereja yang terletak di kawasan tempat pengumpulan sampah. Meski lokasinya sederhana, keindahan gereja ini memancarkan pesan bahwa Tuhan sering bekerja di tempat yang tidak terduga.

See also  Kesultanan Kubu: Sejarah dan Warisan di Kalimantan Barat

Perjalanan ke Gunung Sinai

Dari Kairo, kami melanjutkan perjalanan melewati Terusan Suez menuju Gunung Sinai, tempat Nabi Musa menerima Sepuluh Perintah Allah (Keluaran 20:1-17). Malam itu, sebagian dari kami mendaki Gunung Sinai, ditemani oleh sinar bintang yang menghiasi langit.

Doa dan nyanyian rohani mengiringi perjalanan hingga puncak, tempat Nabi Musa bertemu dengan Tuhan. Saat matahari terbit, kami diselimuti perasaan khusyuk dan takjub akan keagungan Tuhan.

Menyusuri Jejak Yesus di Tanah Suci

Dari Mesir, perjalanan berlanjut ke perbatasan Taba, memasuki Israel. Di hari pertama, kami mengunjungi Betlehem, tempat kelahiran Yesus. Di Gereja Kelahiran, kami masuk ke gua yang diyakini sebagai tempat Yesus dilahirkan. Tak jauh dari sana, kami berdoa di Padang Gembala, tempat malaikat menyampaikan kabar sukacita kepada para gembala (Lukas 2:10).

Hari berikutnya, kami tiba di Yerusalem, kota suci tiga agama besar. Kami berjalan menyusuri Via Dolorosa, jalan yang dilalui Yesus menuju penyaliban. Setiap langkah menjadi pengingat akan penderitaan-Nya. Di Gereja Makam Kudus, kami merenungkan kematian dan kebangkitan-Nya.

Laut Mati dan Keajaiban Galilea

Perjalanan dilanjutkan ke Laut Mati, di mana kami mengapung di airnya yang asin tanpa tenggelam. Selanjutnya, kami menuju Galilea, tempat Yesus memulai pelayanan-Nya. Di Danau Galilea, kami menaiki perahu sambil mengenang mukjizat Yesus yang menenangkan badai dan berjalan di atas air.

Penutup yang Membekas di Hati

Di hari terakhir perjalanan, kami mengunjungi Gunung Tabor, tempat Yesus dimuliakan (Lukas 9:28-36), dan Yardenit, lokasi pembaptisan Yesus di Sungai Yordan. Perjalanan diakhiri dengan Perjamuan Kudus sebagai wujud syukur atas pengalaman rohani yang mendalam.

Saat kembali ke Papua Barat, setiap peserta membawa lebih dari sekadar oleh-oleh. Kami membawa pengalaman iman yang memperbarui hati dan jiwa. Ziarah ini bukan sekadar perjalanan wisata, tetapi perjalanan spiritual yang akan terus dikenang. Kisah ini menjadi pengingat bahwa Tuhan selalu bekerja dalam setiap langkah hidup kita.

See also  Amsal 16: 28 “Orang Yang Curang Menimbulkan Pertengkaran,dan Seorang Pemfitnah Menceraikan Sahabat Yang Karib.”

Editor: Amatus Rahakbauw. K

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *