“Langkah di Galilea” Kisah Perjalanan Rohani Pendeta Ema Wanma di Tanah Perjanjian

Malam itu, di halaman penginapan kecil dekat Taman Getsemani, Ema duduk diam, menghadap langit Yerusalem yang kelabu. Ia baru saja kembali dari Dinding Ratapan.

Jemarinya masih terasa hangat, usai menyentuh bebatuan kuno yang memuat jutaan doa dari seluruh penjuru dunia.

“Apa Tuhan masih mendengarnya?” tanya Ema dalam hati, bukan karena ragu, tapi karena terharu. Di tempat itulah, air mata tumpah, membasuh doa-doa yang selama ini tersimpan dalam kenyamanan.

Hari berikutnya, perjalanan membawa mereka ke Laut Mati. Di tengah padang gurun yang kering dan panas, Ema menyadari bahwa iman pun seringkali diuji di wilayah-wilayah tandus kehidupan.

Namun justru di sanalah, Tuhan sering berbicara paling keras—bukan dalam badai, tapi dalam angin sepoi-sepoi seperti yang dialami Elia.

Ketika rombongan tiba di Kapernaum, mereka berhenti terdiam di sinagoga kuno. Ema berdiri di antara tiang-tiang batu yang sunyi, lalu membuka Alkitab kecil yang selalu dibawanya.

“Di dalam Yesus mengajar dengan kuasa,” ucapnya lembut kepada rombongan. “Pada hari ini, kita bukan hanya mengunjungi tempat bersejarah, tapi merasakan hidup-Nya yang nyata di setiap jengkal tanah ini.”

Hari terakhir, mereka menaiki kapal kecil di Danau Galilea. Airnya tenang, nyaris tidak bergelombang. Di atas kapal, Ema memimpin pujian dan doa. Suara jemaat kecil mereka berpadu dengan desiran udara, menciptakan suasana kudus yang tak terlupakan.

Saat matahari perlahan terbenam di balik bukit, Ema menatap Cakrawala dan berkata, “Perjalanan ini akan berakhir, tapi perjumpaan kita dengan Tuhan akan terus berlangsung, di mana pun kita mengabdi.”

Sekembalinya ke Indonesia, Ema membawa pulang lebih dari sekedar oleh-oleh dan foto perjalanan. Ia pulang dengan hati yang dipenuhi kedamaian, diperbarui oleh pengalaman iman yang hidup. Di mimbar gereja, dalam doa-doa pelayanan, dan dalam setiap sentuhan kasih pada umat, Ema tahu—jejak langkah di Galilea kini tinggal dalam jiwa, selamanya.

See also  Pemdes Ngerong Gebyar Musrenbangdes Dalam Rangka Penyusunan RKPDes Tahun 2024 Dan RKPD Tahun 2025

Editor Amatus Rahakbauw. K

 

 

 

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *