“Berbalut Doa dan Syukur”

Cerpen/Penulis : Amatus.Rahakbauw Selasa 22 Oktober 2024.16.52 WIT

Arikel, Nasional226 Views

Hari mulai gelap, angin malam mengalir lembut melewati jendela ruang tamu rumah sederhana Pdt. NY. Marice Fakdawer.

Ia duduk di meja kerja, dikelilingi oleh catatan-catatan dan Alkitab yang terbuka di hadapannya.

Di tengah kesibukannya sebagai Ketua KD Pelwap GPdI Papua Barat, Marice selalu meluangkan waktu untuk berdoa dan merenung setiap malam. Malam ini terasa istimewa, karena besok adalah hari ulang tahunnya yang ke-64 tahun.

Di usianya yang tak lagi muda, Marice merasa bersyukur. Seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ulang tahun bukanlah soal perayaan meriahnya, melainkan saat untuk mengadakan diri dan mengucap syukur atas perjalanan hidup yang penuh berkat. Ambil duduk di kursi rotan kesayangannya, ia teringat masa-masa awal mengabdi.

Teringat bagaimana Tuhan membimbingnya dari seorang muda jemaat hingga dipercaya menjadi Ketua Pelayanan Wanita Pantekosta (Pelwap).

Beban tanggung jawab yang besar terkadang membuatnya merasa lelah, namun cintanya kepada Tuhan dan jemaat selalu diberikan kekuatan baru.

Di luar ruang tamu, suara lembut ketukan pintu mengalihkan perhatiannya. Ternyata suaminya yang membawa secangkir air kelapa mudah. “Kamu sudah bekerja terlalu lama, Marice. Istirahatlah sebentar,” ucapnya lembut.

Marice tersenyum dan menerima Air kelapa muda itu. “Terima kasih, tapi aku masih ingin menyelesaikan persiapan untuk ibadah wanita minggu depan.”

“Besok adalah ulang tahunmu, kau harus beristirahat dan menikmati hari spesialmu,” ujar suami lagi.

Marice sejenak terdiam. “Ya, tapi aku tidak pernah memikirkan ulang tahun ini tentangku saja. Ini lebih lanjut tentang apa yang bisa saya lakukan lebih baik ke depan.”

Dalam hati, Marice memang selalu menginginkan ulang tahunnya sebagai momentum untuk memikirkan dan merancang kembali pelayanannya bagi para wanita yang dipimpinnya.

See also  Agustinus Riruma Ajak Warga Fakfak Gunakan Hak Pilih dan Dukung "Doamu" di Pilkada Papua Barat 27 November 2024

Ia tahu bahwa Pelwap bukan hanya sekedar pelayanan gereja, tetapi wadah bagi wanita untuk saling mendukung, berbagi, dan tumbuh dalam iman.

Esok pagi, para wanita dari Pelwap berencana datang ke rumahnya untuk memberikan kejutan.

Mereka telah menyiapkan kue sederhana dan hadiah, sebuah tanda cinta dari jemaat yang selama ini dibimbing oleh Marice dengan penuh kesabaran.

Namun, Marice tidak mengetahuinya. Yang dia pikirkan hanyalah bagaimana dia bisa terus memimpin dengan kasih dan kebijaksanaan.

Sebelum tidur, Marice menutup malam dengan doa, “Tuhan, terima kasih atas setiap detik kehidupan yang Kau beri.

Terima kasih atas kesempatan untuk melayani dan menjadi bagian dari kehidupan banyak orang. Berikan aku hikmat untuk melanjutkan apa yang telah Kau percayai. Dalam nama-Mu, aku bersyukur.”

Keesokan harinya, ketika sinar matahari pagi masuk ke jendela kamarnya, Marice merasa damai.

Meski ia tidak pernah meminta perayaan besar, hari ulang tahunnya selalu menjadi momen refleksi spiritual yang mendalam. Ia tahu bahwa semua yang ia capai, segala cinta dan hormat yang diberikan orang-orang di sekitarnya, adalah hasil dari anugerah Tuhan yang tak terhingga.

Saat para wanita Pelwap datang dengan senyum dan tawa, Marice terkejut dan terharu. “Ini bukan tentang aku,” ucapnya sambil tertawa kecil, “Tapi terima kasih, kalian telah membuat hari ini lebih spesial.”

Di tengah kehangatan pagi, Pdt. NY. Marice Fakdawer menyadari satu hal lagi: setiap langkah dalam hidupnya, meski penuh tantangan, selalu dibalut oleh doa, kasih, dan dukungan dari mereka yang ia layani. Itu adalah hadiah terindah yang bisa ia terima di hari ulang tahunnya.

Sebagai Ketua Pelwab GPdI Papua Barat, Marice telah menjalani banyak perjalanan, termasuk kunjungan ke Kampung Obo bersama untuk berbagi kasih dan pelayanan.

See also  Sabar tentang Perasaan. Sendirian

Ia juga mendampingi suaminya sebagai MP(Badan Pembangunan Gereja Pedesaan,Ketua MD Papua Barat Gembala GPdI Yordan dan Kepala Sekolah Alkitab di Biak, di mana ia menjabat sebagai Ketua Penyantun.

Di sekolah berpola asrama tersebut, terdapat 38 siswa, 32 di antaranya tinggal di asrama tanpa dibebani biaya pendaftaran, serta mendapatkan tiga kali makan sehari, sabun, dan odol.

Mendampingi suami sebagai MD GPdI Badan Pembangunan Gereja Pedesaan, Marice juga menjalankan pekerjaan sampingan sebagai Ketua Yayasan Noseni Penebar Kasih dan kontraktor direktur CV Yordan. Meski banyak kegiatan yang dilakukan di usia tua, semangat Marice tetap tinggi, karena semuanya dikerjakan dengan dasar kasih dan cinta kepada Tuhan.

Dalam refleksi ulang tahunnya kali ini, Marice berjanji untuk terus berkomitmen dalam pelayanannya, menjadikan setiap tantangan sebagai kesempatan untuk menumbuhkan dan berbagi rasa kasih kepada sesama. Dengan penuh rasa syukur, ia menatap ke depan, siap menyambut lagu tahun-tahun yang akan datang dengan semangat baru.(ARK)

Editor : Amatus Rahakbauw K

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *