Jangan Gelisah dan Gentar Hatimu (Yohanes 14:27)

Malam itu, angin berhembus kencang. Di sebuah kamar sederhana, Ana duduk termenung di sudut ruangan. Di tangannya, sebuah Alkitab terbuka pada Yohanes 14:27: “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu, damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu; dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.”

Air mata Ana menetes perlahan. Ia baru saja kehilangan pekerjaannya. Sebagai tulang punggung keluarga, tekanan berat terasa menghimpit hatinya. Di satu sisi, ia ingin tetap percaya bahwa Tuhan memiliki rencana indah. Namun, ketakutan dan kekhawatiran terus menghantui pikirannya.

“Kenapa semua ini terjadi, Tuhan? Bukankah aku telah berusaha setia dalam pekerjaanku?” bisiknya dengan suara serak.

Di tengah keheningan itu, suara lembut ibunya terdengar dari balik pintu. “Ana, apa kau baik-baik saja?”

Ana mengusap air matanya cepat, berusaha terlihat tegar. “Aku baik, Bu,” jawabnya. Tapi sang ibu tahu anaknya sedang memikul beban berat. Ia masuk dan duduk di samping Ana.

“Bu, aku takut,” ujar Ana akhirnya. “Aku takut bagaimana cara kita bertahan tanpa pekerjaanku. Bagaimana kalau semua ini tidak ada jalan keluarnya?”

Sang ibu tersenyum lembut. Ia membuka Alkitab yang ada di tangan Ana dan membaca ulang ayat yang tadi Ana baca. “Ana, kau tahu, Yesus memberi kita damai sejahtera-Nya, bukan damai seperti dunia ini. Dunia menawarkan ketenangan yang sementara, tapi Yesus memberi kedamaian yang tak tergoyahkan, meskipun badai melanda.”

Ana terdiam, merenungkan kata-kata ibunya.

“Lihatlah burung-burung di udara,” lanjut sang ibu. “Mereka tidak menabur, tidak menuai, dan tidak mengumpulkan bekal, tetapi Bapa di surga memelihara mereka. Apalagi kita, anak-anak-Nya. Bukankah kita lebih berharga di mata-Nya?”

See also  Pimpinan Travel Shalom Papua Sampaikan Ucapan Ulang Tahun ke-65 untuk Gubernur Papua Barat Terpilih Dominggus Mandacan

Kata-kata itu bagaikan sinar terang yang menembus kegelapan di hati Ana. Ia menyadari bahwa rasa gelisah dan gentar hanya membuatnya lupa akan kebesaran Tuhan.

Malam itu, Ana berlutut bersama ibunya dan berdoa. Mereka menyerahkan segala kekhawatiran dan beban kepada Tuhan. Doa mereka sederhana, namun penuh iman:

“Tuhan, kami percaya Engkau tidak pernah meninggalkan kami. Berikan kami damai-Mu, dan tuntun kami untuk selalu mengandalkan-Mu.”

Hari demi hari berlalu. Meski perjalanan Ana tidak mudah, ia mulai merasakan damai yang sejati. Tuhan membuka jalan baginya dengan cara yang tidak ia duga. Ia mendapatkan pekerjaan baru yang lebih baik, dan dari pengalaman ini, ia belajar untuk benar-benar mempercayai Tuhan dalam segala hal.

Ana kini sering berbagi kesaksiannya kepada orang lain, mengingatkan mereka akan janji Tuhan dalam Yohanes 14:27. “Jangan pernah biarkan gelisah dan gentar menguasai hatimu,” ujarnya. “Karena damai yang diberikan Yesus, jauh lebih besar dari segala badai kehidupan.”

Editor : Amatus.Rahakbauw. K

 

 

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *