Harianmerdekapost.com – Sumenep, Madura, Jawa Timur – Dibawah pimpinan Bupati Achmad Fauzi, Kabupaten Sumenep berhasil mencapai deflasi terdalam se-Indonesia pada Juni 2023 kemarin.
Keberhasilan Kabupaten Sumenep mencapai deflasi terdalam se-Indonesia itu tentu tak lepas dari kerja keras pemerintah setempat dibawah pimpinan Bupati Achmad Fauzi.
Berkat kerja kerasnya tersebut pemkab Sumenep berhasil mencapai suatu periode di mana harga-harga secara umum mengalami penurunan dan nilai uang bertambah.
Berdasarkan catatan terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) ada 12 kota/kabupaten di Indonesia yang mengalami deflasi sepanjang bulan Juni 2023.
Dari 12 kota itu, Sumenep mengalami deflasi paling dalam, sebesar 0,42 persen.
Bupati Achmad Fauzi mengatakan, ada dua cara yang dilalakukan pemerintah Sumenep dalam mencapai deflasi terdalam se-Indonesia.
Hal pertama yang dilakukan pemerintah ialah mengerahkan tim yang secara rutin mengecek harga kebutuhan barang pokok.
“Dua kali dalam seminggu, tim selalu mengecek harga ke pasar. Ini untuk menanyakan kenapa ada barang yang mahal. Di situ kita carikan solusinya,” kata Achmad Fauzi, Selasa, 4 Juli 2023.
Kemudian, Lanjut Bupati Fauzi, Pemerintah melalui tim yang telah dibentuk oleh Pemkab Sumenep secara rutin melakukan operasi pasar.
Menurutnya, cara tersebut dilakukan untuk menekan harga ketika ada komoditas yang harganya cenderung tinggi.
“Tim juga kerap melakukan operasi pasar untuk menekan harga barang yang tinggi,” jelas Bupati Achmad Fauzi.
Sementara itu, Kepala BPS Sumenep Ribut Hadi Candra mengungkapkan, inflasi di Sumenep pada Juni 2023 mengalami penurunan.
“Jika pada Mei lalu angka inflasinya mencapai 5,44 persen, memasuki Juni angkanya berhasil turun, menjadi 4,53 persen,” terang Candra.
Capaian Sumenep yang mencatatkan 0,42 persen deflasi merupakan yang terdalam se-Indonesia, di bawah inflasi Nasional (0,14 persen) dan Jawa Timur (0,10 persen).
Candra menyatakan, deflasi tersebut didorong oleh penurunan harga komoditas makanan seperti tongkol yang diawetkan, ayam hidup, bayam, bawang merah, beras, udang basah, dan sawi hijau.
“Dari data tersebut menunjukkan bahwa faktor-faktor tertentu memengaruhi pergerakan harga di Sumenep, akhirnya berdampak pada deflasi pada periode Juni kemarin,” tandas Candra. (*/Nri)