Termenung Di Sudut Dunia

Arikel944 Views

 

 

Penulis : Amatus Rahakbauw

Di dalam kehidupan ini aku sadar bahwah segalah sesuatu pasti tidak ada yang tidak baik dari suatu perpisahan. Tuhan pasti menitipkan makna yang belum kita sadari maksud di balik semua itu. Sama seperti kisah Ipin dan putri dengannya, yang harus kandas tanpa alasan yang kuat. Sudah hampir satu tahun setelah Putri pergi meninggalkan Iwan di sini.

Mungkin, Tuhan menyelamatkan satu di antara dari kami berdua, dari orang yang tidak baik. Meski Ipin yakin, dalam hal ini, tidak ada yang tidak baik di antara kami berdua mengingat dulu kami saling melengkapi satu sama lain. Bagaikan mentari yang menuntun untuk berjalan, hingga seperti hujan yang membasuh semua perih.

“Sepertinya kisah kita harus berakhir sampai di sini,” ujar Ipin malam itu.
Aku terdiam bagaikan tersambar petir, mengingat sudah berapa jauh Ipin melangkah ke arah Putri, sudah berapa asa yang Ipin perjuangkan untuk Putri. Tetapi, sekarang Putri memilih untuk mengakhiri semuanya. Ipin pun termenung di sudut dunia.

“Mungkin saja Ipin sudah cukup baik, tapi belum cukup baik dalam beberapa hal untuk Putri,” didalam dalam hatiku.

Beberapa bulan berlalu, Ipin sudah bisa membiasakan hal yang Ipin paksakan, tidak bersama Putri. Ternyata ucapan Putri dulu hanya omong kosong belaka. “Ipin tidak bisa hidup tanpa Putri”. Nyatanya, tanpa Putri,Ipin baik baik saja sekarang.

Jadi, salah satu hal yang selalu Ipin ingat hingga sampai dengan hari ini adalah,ketika patah hati, berdamailah dengan diri sendiri terlebih dahulu. Kelak, setelahnya kamu akan berlapang dada melihat kenyataan yang kau jalani, meski pahit.

Setahun berlalu, kembari terbesit dalam benak saat Putri, menyapa Ipin dari kejauhan.

“Hey, apa kabar?” tanya Putri.

“Baik” jawab Ipin sambil tersenyum.

Bagi Ipin, seburuk buruknya masa lalu, Putri adalah guru yang mengajarkan aku dengan caranya yang manis dan pahit agar seseorang yang kelak Putri tahu bahwa Ipin adalah cinta sejatinya, bisa mendapatkan Putri dalam versi yang baik.

Jadi, perpisahan itu bukan sesuatu yang harus disesali justru kita harus merelakan dan yakin bahwa Tuhan punya rencana-Nya sendiri untuk membahagiakan kita, dan mungkin saja kebahagiaan tersebut bukan dengan seseorang yang telah meninggalkan kita.

“Aku selalu percaya bahwa kenangan sepahit apa pun itu bukanlah untuk dilupakan, tapi untuk diingat dengan persepsi yang tidak menyakitkan”. Aku saat ini yang sudah beranjak dari masa lalu.