Harianmerdekapost.com.,- timbul perselisihan/pertikaian jangan dibiarkan berlarut-larut. Tapi segera diselesaikan dengan tuntas. Sebab semakin lama dibiarkan akan semakin pahit jadinya.
Ada pepatah yang mengatakan bahwa “Salah satu ukuran keagungan atau kebesaran seseorang adalah kemampuannya untuk mengendalikan kemarahan.” Bagaimana kita dapat mengontrol/mengatasi kemarahan kita agar tidak jatuh dalam dosa? Ada beberapa cara yang umum dipergunakan, yaitu:
Berdoa meminta Tuhan memampukan kita mengendalikan diri agar tidak jatuh dalam dosa pada saat kita marah. Berdoa akan memampukan kita untuk tenang sejenak, mendinginkan hati dan kepala agar bertindak dengan cermat.
Tetap menguasai diri. Jangan sampai kita dikuasai oleh emosi kita. Berpikir dahulu sebelum bertindak. Seperti yang tertulis dalam Yakobus 1: 19-20, “Hai saudara-saudara…setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran dihadapan Allah.”
Hindari kata-kata kasar tetapi gunakanlah kata-kata yang lembut dalam menyelesaikan masalah. Perkataan lemah lembut lebih mudah untuk didengar. “Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah. (Amsal 15: 1).
Menunda kemarahan dengan berdiam diri. Dengan berlalunya waktu perasaan kita jadi tenang. Pada saat itu kita dapat mengungkapkan kemarahan kita dengan kata-kata yang lebih halus atau mungkin mengurungkan niat untuk marah.
Marah boleh saja. Marah tidak dosa. Tetapi yang perlu diingat ialah jangan kita terus-menerus memendam kemarahan kita. Dan biarlah kita tetap dapat menguasai diri pada saat kita marah. Sehingga tidak jatuh dalam dosa yang tidak kita inginkan. Karena itu kelolalah kemarahanmu untuk kebaikan.