Tim Kesehatan Ikut Sukseskan Penyelenggaraan Maraton HUT RI di Mimika

Harianmerdekapost.com.,MIMIKA – Penyelenggaraan Lomba Lari Maraton 5 kilometer (km), 10 km dan 21 km menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 Republik Indonesia (RI) di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah berita ini dilansir dari mimikakab.go.id, Kamis (10/08/2023), berlangsung meriah dengan diikuti seribu lebih pelari, mulai pelajar SD, SMP, SMA/SMK dan kategori umum

Banyaknya peserta dan perlombaan yang dilangsungkan mulai jam 07.00 pagi hingga finish di siang hari, menyebabkan banyak peserta mendapatkan penanganan kesehatan pada pertengahan lomba, bahkan di garis finish.

dr. Ferdinand selaku Koordinator Public Safety Center (PSC) 119 Kabupaten Mimika, yang juga mengkoordinir tim kesehatan pada pelaksanaan lomba jelang HUT RI, saat ditemui di garis finish usai lomba mengatakan, ada sembilan tim disiagakan khusus pelaksanaan lomba lari maraton.

“Sembilan tim dengan sembilan dokter dan sembilan ambulans berkoordinasi dengan baik pada lomba ini,” tuturnya.

Meskipun ada kekurangan pada panitia, yaitu tidak adanya tenda medis sesuai permintaan tim kesehatan sepanjang rute maraton yang dilalui pelari, menurut dr. Ferdi, masih bisa dicarikan solusi.

“Berdasarkan aturan internasional, setiap 2-3 km harus ada tim medis. Tapi karena tidak ada tenda medis, jadi kami bermodalkan ambulans parkir di setiap titik itu,” ungkapnya.

Lanjutnya, “Bila ada kasus berat, kami bawa ke posisi finish, untuk kemudian ditangani tim yang ada, dengan fasilitas yang lebih lengkap. Namun di titik-titik yang ditentukan, sudah ada dokternya masing-masing.”

Ia mengisahkan, pada lomba maraton ini ada dua pasien yang kondisinya cukup berat.

“Namun bisa kami tangani, tanpa merujuk ke rumah sakit,” tegasnya.
.
Dijelaskannya, kasus yang terjadi yakni hipoglikemia atau kadar gulanya rendah, yang bisa terjadi karena belum sarapan.

“Makanya tadi kami pasang infus, diberikan cairan atau minuman gula, dan sudah kembali normal,” jelasnya.

Kemudian ada pasien yang hipertermia karena panas, dan paling banyak pasien yang kram otot.

“Kram otot bisa karena kurang pemanasan, tapi lebih ke fatigue atau kelelahan yang menyebabkan otot sakit. Jadi kami kompres dengan es batu dan diberikan pereda nyeri,” ujarnya.

Ia menerangkan, 80-90% yang kram otot kembali mengikuti lomba dan hanya 10% yang dibawa untuk diobservasi di garis finish.

“Perbandingan 50% anak-anak, 50% dewasa yang kena kram otot. Meski jarak lari maraton 5 km untuk anak-anak, tapi buat mereka sudah berat,” paparnya.

Begitu pula jarak lari maraton 21 km bagi dewasa juga berat. Meski tidak ada jumlah yang signifikan, tapi rata-rata di semua kategori lari maraton, ada pelari yang alami kram otot.

dr. Ferdi mengungkapkan, 9 tim kesehatan yang terlibat pada lomba lari maraton berasal dari puskesmas dan PSC 119, dimana setiap tim ada 1 ambulans, 1 driver, 1 dokter serta 2-3 perawat, jadi minimal 4-5 orang setiap tim.

“Tim dari RSUD tidak ada, karena RSUD kita stand by sebagai rumah sakit rujukan. Dan puji Tuhan sampai selesai lomba lari maraton, tidak ada yang harus dirujuk ke rumah sakit,” tandasnya.

Untuk kegiatan selanjutnya, tim kesehatan masih menunggu arahan dari Dinas Kesehatan Mimika terkait apa yang harus disiapkan.

“Kami menunggu informasi dari Dinas Kesehatan. Yang jelas, tim kesehatan stand by. Makanya tadi kami tegaskan ke setiap puskesmas, bahwa tim ini apabila diperintahkan maka dapat langsung diaktifkan,” pungkasnya mengakhiri wawancara.(Amatus Rahakbauw/Kelanit).