Menyambut Deklarasi KAMI Yogyakarta 4 September 2020 Wahai Jiwa-jiwa yang tulus, ke mana Engkau Oleh : In’am eL Mustofa ( Pegiat Sosial dan Keagamaan tinggal di Yogyakarta

Yogyakarta,harianmerdekapost.com-Semenjak Deklarasi KAMI di Tugu Proklamasi yang baru lalu. Hampir satu minggu lebih berita, kilas info, adu argument, debat panas, saling nyinyir baik di medsos dan offline tak berhenti. Dan itu berlanjut dengan beberapa turunannya ada Deklarasi KAMI di beberapa kota, termasuk Yogyakarta. Satu kata untuk KAMI yang bagi penulis cocok adalah : antusias.

Mengusung sebagai Gerakan Moral, KAMI cukup percaya diri untuk tidak tergoda menjadi gerakan politik karena ia lahir ditengah haru biru dan dinamika politik yang panas. Negara menu krisis, Pandemi tidak terurus dengan baik, DPR hilang fungsi kontrolnya dan masih banyak lagi termasuk pergantian kekuasaan yang sudah dini dikipas-kipas. Sehingga godaan untuk menjadi gerakan politik bagi KAMI adalah nyata dan didepan mata.

Maka respon pemerintahpun dalam hal ini Rejim Jokowi masih belum beranjak dari sikap mewaspadai. Dalam arti KAMI bisa menjadi Gerakan Politik dan membahayakan kekuasaan. Mari dilihat bersama saat KAMI deklarasi, muncul kemudian disaat yang sama KITA. Deklarasi KAMI di beberapa kota juga dihambat bahkan ada yang dibatalkan secara sepihak oleh apparat. Beruntung KITA belum Deklarasi di beberapa kota, jika KITA bisa deklarasi di mana-mana tentu amat mudah bagi pemerintah untuk mendegrasi KAMI dengan cara adu domba. Ini yang penulis sebut bahwa sikap pemerintah masih saja menerapkan manajemen pecah belah anak bangsa untuk mempertahankan kekuasaanya. Tidak mau beranjak. Hemat penulis sebenarnya pemerintah tidak perlu mengkuatirkan gerakan Moral seperti KAMI, apalagi dengan cara mempersulit ijin aktivitas melakukan intimidasi terhadap beberapa tokoh. Pendekatan seperti sudah semestinya dihilangkan, toh kekuasaan adalah amanat. Maka yang penting adalah jalani amanat saja. Berikan yang terbaik untuk rakyat dan jangan memanipulasi apa sesungguhnya yang terjadi. Rakyat sesungguhnya hanya membutuhkan kejujuran dalam pengelolaan berbangsa dan bernegara. Jujur saja dan jangan tipu rakyat. Nanti rakyat bisa marah. Meskipun untuk waktu sekarang bagi pemerintah memang bukan hal yang mudah untuk menunjukkan prestasi, situasi sekarang serba sulit dan berat. Namun justru hal demikian dibutuhkan sikap kenegarawanan dan satria. Jangan malah kemudian saling hujat caci di medsos dan media-media lain. Tentu keadaan akan makin parah jika itu dilakukan oleh pejabat public atau orang ‘suruhan’ pejabat. Lantas? Bangun komunikasi yang sehat dan bersahaja. Baik Pemerintah atau KAMI jangan menganggap “paling”, terutama pemerintah karena ia yang punya segalanya dan berpotensi menanggap “paling”. Kan, repot jadinya jika terus membina dan membiarkan ekspresi saling hujat menjadi tontonan rakyat. Repot yang kedua jika dikemudian hari makin banyak yang menyebut pemerintah sebagai dalang perpecahan bangsa.

Sekarang bagaimana respon rakyat dengan hadirnya KAMI. Sepanjang bisa konsisten sebagai gerakan moral dan menjaga marwah kesatuan bangsa maka respon rakyat akan positif. Sebagai gerakan moral jangan hanya retorika untuk menarik simpati rakyat ditengah dalamnya arus dan hasrat kekuasaan. Siapa yang akan menyangka KAMI menjelma sebagai gerakan politik dan menjadi partai politik sebagaimana kisah NASDEM dulu. Rakyat sudah cukup kenyang dengan berbagai akrobat para elit politik baik mereka yang berada di Parpol maupun yang belum di Parpol. Rakyat bisa membaca arah, namun kadang rakyat tak bisa berbuat apa-apa karena keterbatasan sarana dan daya. Maka dengan segala keterbatas rakyat dalam hening dan sunyinya mengais rejeki , janganlah rakyat diperdaya dan ditipu. Rakyat saat ini sangat membutuhkan hadirnya jiwa-jiwa yang penuh ketulusan dalam membersamai mereka sehari-hari. Pemimpin yang tidak hanya memikirkan golongan namun pemimpin yang mengutamakan tegaknya merah putih dan harkat martabat bangsa.

Siapa sekarang yang merasa nyaman dalam berbangsa dan bernegara saat ini. Bisa jadi semua dalam keraguan,. Ya, semua anak bangsa pilu jika mendengar lagi INDONESIA RAYA. Lantas menjadi pesimis, tidak juga. Tetap optimis namun nada optimis perlu disertakan lampiran roadmap yang jelas bagaimana dan bertujuan kemana. Sekali lagi tidak hanya retorika dan tulisan coretan dalam perda ataupun Undang-Undang. Sepertinya KAMI ingin berdiri di sini, mengajak dialog baik-baik dengan pemerintah untuk membuat peta, tanpa harus menafikan lembaga-lembaga yang lain. Respon yang sejuk damai dari pemerintah sangat ditunggu. Apa sih beratnya duduk bersama dalam satu meja bundar.

Yang diperlukan rakyat sebenarnya kebesaran hati para pemimpin. Rakyat menjalani sekarang dalam kepedihan tapi juga tak menginginkan bangsa dalam keadaan terbelah berkepanjangan, apalagi jika kekuasaan kini dan nanti hanya dihuni oleh para petualang politik. Rakyat sama sekali tidak ingin hal itu !!