KeKeringan, Petani Jual Tanah ke Developer Perumahan, Bupati Lumajang Lambat Tanggapi

Harianmerdekapost.com| Lumajang Jatim -. Kekeringan air persawahan seluas kurang lebih 300 hektar yang di akibatkan dari jebolnya DAM Gambiran atau D.I Boreng yang ada di kelurahan Rogotrunan menimbulkan banyak permasalahan yang tak kunjung datang dalam 3 tahun ini.

Petani 3 desa selama ini mencari solusi mandiri di antaranya mengebor air tanah di lahannya untuk mengairi sawahnya, akan tetapi tidak selesai di sini permasalahanya petani susah mencari bahan bakar minyak berupa solar karena SPBU hampir tidak ada yang bisa menerima pembelian dengan jurigen atau mini drum. Petani harus merogoh kocek antar 2- 3 juta rupiah per hektar . minimnya keuntungan petani sudah berjalan 3 tahun berjalan semenjak Pemerintah Lambat menangani jebolnya DAM Gambiran.

Selain minimnya keuntungan, petani yang sudah enggan garap sawahnya sebagian telah mengalih fungsikan sawahnya menanami tanaman non pangan bahkan di jual ke developer perumahan atau di jual secara kapling.

Bakir, ketua Himpunan petani pemakai Air ( Hippa) Boreng, (Rabu 31 Mei 2023), saat mendatangi undangan dari DPUTR bidang Sumber daya Air kabupaten Lumajang menerangkan kepada awak media bahwa kekeringan air yang di akibatkan dari jebolnya DAM Gambiran berdampak kepada petani alih fungsikan sawahnya di jual ke developer perumahan dan menanami tanaman non pangan.

“, Dari kekeringan yang di akibatkan jebolnya DAM Gambiran banyak petani yang mengambil keputusan Untuk alih fungsikan lahannya menanami tanaman non pangan bahkan di jual kepada developer perumahan untuk di buat perumahan dan di jual secara kapling”, ucapnya

Tambahnya”, kami para petani sudah dua kali bertemu bupati Lumajang Thoriqul Haq dan satu kali dengan wakil bupati, tapi masih tetap sampai sekarang tidak ada penanganan pembangunan, semoga secepatnya di lakukan pembangunan supaya petani tidak sengsara”, tambahnya.

Sementara itu ketua HKTI ( Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) DPC Lumajang, Iskhak Subagio, menyoroti terkait kekeringan yang di alami 4 desa di kecamatan lumajang terdampak Jebolnya DAM Gambiran atau D.I Boreng serta Permasalahan terganggunya aliran di saluran kali temi yang di buat Karamba Karamba milik warga RW 5 Ditotrunan.
Kesimpulan petani yang terdampak DAM Gambiran seluas 300 ha
Potensi kerugian petani per musim 3,5 M, kehilangan potensi panen gabah GKP ( gabah kering panen) 1.500 Ton per musim sedangkan kerugian buruh tani sekitar 1,4 Milyar per musim.
Pemerintah daerah mendapatkan pajak bumi dan bangunan (PBB) meskipun kondisi sawah mereka tidak produktif. Sedangkan
Yang terdampak kali temi yang melewati kota Lumajang adalah permasalahan lama yang belum terurai termasuk kampung karambah, sedimentasi nya sangat tinggi, sehingga kemampuan aliran menyimpan debit air jadi berkurang, berdampak mempengaruhi ketersediaan air di wilayah Rogotrunan, boreng, Jogoyudan dan Blukon terancam kekeringan”, tegasnya

Lanjut Iskhak “, Sementara, sumur bor artesis untuk pertanian akan berdampak pada berkurangnya air di sumur masyarakat, sehingga diperlukan penanganan yang cerdas untuk hal ini.
Apabila untuk memperbaiki dam boreng butuh 9 M, sementara APBD kita terkena ” refokusing ” namun infrastruktur pertanian dalam hal ini jangan sampai ikut di dalamnya ,selain untuk kesehatan waktu pandemi . seharusnya infrastruktur pertanian tidak bisa di tunda, apabila APBD provinsi Jawa timur tidak bisa Cover , APBD daerah lumajang harus mengcover itu. Alasan tidak ada anggaran ke masyarakat seharusnya itu tidak terucap oleh pemimpin dan dinas terkait”, Tambahnya (AN).