*Hantu Khilafah* Oleh: Prof. Dr. Daniel Mohammad Rosyid Editor: Sudono Syueb

Surabaya,harianmerdekapost.com-Pengertian khilafah atau kekhalifahan bisa diartikan dari kata dasar benda khalifah. Khalifah sebagai sebutan teknis berarti pemimpin pemerintahan. Jika kata khilafah dikaitkan dengan pemerintahan para sahabat sepeninggal Rasulullah saw, maka ini terkait dengan sebuah sistem pemerintahan tertentu. Namun segera harus dicatat bahwa khilafah pada periode manapun sebelum kelahiran negara bangsa, tidak memiliki wilayah yang jelas dengan batas-batas tertentu. *Negara-bangsa* atau _nation-state_ adalah sebuah konsep yang relatif baru dan khas Eropa. Jadi *konsep “negara khilafah” adalah konsep gado-gado yang ahistoris*.

Islam tidak mengenal batas-batas negara, tapi tidak berarti tidak memiliki konsep pemerintahan. Jika ada sekelompok cendekiawan muslim yang mencurigai khilafah sebagai gerakan transnasional, maka mereka mungkin lupa bahwa Islam adalah paham transnasional seperti tercakup dalam konsep _islam rahmatan lil’aalamiin_ yang melampaui imajinasi negara-bangsa.

Tentu adalah *keliru jika kemudian Islam dipersepsi sebagai ancaman atas eksistensi negara-bangsa*. Bahkan untuk konteks Nusantara, Islam membantu suku-suku di Nusantara untuk mampu memahami bangsa sebagai sebuah satuan trans-suku yang melampaui _tribalism_ yang kemudian disepakati dalam sebuah bangsa yang hidup dalam negara Republik Indonesia. Islam memandang negara hanya sebagai satuan teknis-administratif, bukan satuan strategis-ideologis. Di sini Islam bertentangan *nasionalisme radikal yang memuja negara-bangsa* sebagai semacam _glorified tribalism_. Padahal sejarah menunjukkan bahwa negara-bangsa adalah buatan para penjajah melalui berbagai perundingan-perundingan di antara mereka sendiri terutama setelah Perang Dunia Ke-2.

Nasionalisme radikal yg menghinggapi banyak cendekiawan muslim tentu mengherankan walaupun bisa dipahami. Beberapa tokoh ormas Islam besar berpengaruh sering melontarkan jargon NKRI harga mati, lalu dengan gegabah mengatakan bahwa khilafah adalah ancaman bagi NKRI. NRI pernah berbentuk federasi. Yang bertahan adalah konsep *republik* sebagai anti-tesis dari feodalisme kerajaan.

Narasi keliru yang mencurigai khilafah ini dipijakkan oleh beberapa hal. Pertama khilafah adalah sebuah tata pemerintahan global yang tidak cocok jika dipahami dalam kerangka berpikir negara-bangsa. Sayang sekali justru kelompok yang rajin mengusung gagasan kilafah justru memaksakannya ke dalam kerangka negara-bangsa. Akibatnya gagasan khilafah ini langsung ditolak oleh para nasionalis radikal baik muslim ataupun bukan.

Kedua, bahwa ada asumsi bahwa sebuah negara-bangsa yang merdeka tidak dipengaruhi oleh dinamika global. Banyak tokoh Islam yg gagal memahami bahwa dinamika negara-bangsa RI tidak bisa steril dari dinamika global. Interaksi fisik maupun non-fisik antar negara-bangsa bahkan tak terelakkan sehingga dunia memerlukan sebuah tata pemerintahan global untuk menjamin ketertiban dunia. Ini pun sudah disadari oleh para pendiri NRI sehingga salah satu tujuan NRI adalah ikut membangun ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Khilafah sebagai tata pemerintahan global adalah kebutuhan yg tak terelakkan.

Satu aktor penting dalam dinamika global adalah _Multi National Corporation_ seperti Exxon, British Petroleum, Freeport, Boeing, Siemens, Toyota, Google dan Microsoft. Bahkan _khilafah facebookiyah_ adalah sebuah pemerintahan tersendiri dengan warga lebih dari 2 Milyar. Bahkan Noam Chomsky mengatakan bahwa *MNC ini adalah pemegang kekuasaan dunia yang sebenarnya*, bukan negara, bahkan AS sekalipun. Internet telah merusak batas-batas negara-bangsa sehingga dunia kini semakin _borderless_. Pemilik aktif akun Facebook adalah warga negara Facebook.

Tidak penting lagi apakah ada jejak khilafah di Nusantara. Film dokumenter Jejak Khilafah Di Nusantara jelas memaksakan sesuatu, seperti semua film lain manapun sebagai produk kreatif. Tapi mengatakan bahwa tidak ada pengaruh khilafah di Nusantara juga pernyataan yang gegabah. Akhirnya perlu disadari bahwa *banyak hal yang penting di dunia ini adalah imajinasi, bukan fakta*. Benar bahwa khilafah adalah imajinasi karena negara, juga NRI adalah imajinasi para pendiri bangsa ini dan imajinasi para penerusnya yang setia. Yang penting jangan menjadikannya sebagai hantu di rumah sendiri saat kita _update_ status di akun FB.

*Rosyid College of Arts*,
Gunung Anyar, 15/9/2020