Harianmerdekapost.com. Lumajang. Jatim. Film dokumenter erupsi Semeru (4 Desember 2021) dengan judul ” Usap pilu Semeru”, Selasa, 7 Maret 2023, di putar di bioskop Komplek plaza Lumajang , tujuan dari film tersebut adalah sebagai referensi terkait penanganan bencana dan mengapresiasi semua pihak yang telah membantu korban Serta warga Terdampak , video yang bersumber informasi dari beberapa media sosial ,media televisi, dan video amatir warga dengan tujuan untuk mendokumentasikan kejadian erupsi Semeru . Pemutaran Film di hadiri oleh Forkopimda kabupaten Lumajang beserta beberapa awak media . Bahkan film dokumenter erupsi Semeru mendapat apresiasi positip dari banyak pihak.
Namun berbanding terbalik dengan pandangan sebagian warga desa sumber wuluh yang tergabung dalam paguyuban peduli Erupsi Semeru (Papes) yang telah memohon Pemerintah daerah lumajang mengungkap terkait misteri tenggelamnya dua dusun di desa Sumber wuluh Kecamatan Candipuro, yaitu dusun kamar kajang dan kampung renteng yang memakan puluhan korban jiwa. sebagian warga menganggap tenggelamnya dua dusun tersebut diduga akibat ulah manusia karena sebelumnya ada dugaan pembiaran terkait aktifitas tambang berijin yang membuat tanggul tanggul melintang di aliran sungai yang diduga menyebabkan melubernya material lava ke rumah rumah warga, tanggul tanggul melintang tersebut tepatnya sekitaran aliran dibawah jembatan perak. Akan tetapi warga yang menyuarakan terkait dugaan tersebut tidak mendapatkan respon positip dari pemerintah daerah Lumajang bahkan diabaikan terkait aduannya, terbukti saat warga mendapat undangan audensi resmi dari bupati, akan tetapi tidak di temui oleh bupati. warga sangat kecewa terkait undangan resmi tersebut. pemerintah daerah mengganggap semua kejadian tersebut murni bencana alam dari Semeru. Akan tetapi menurut warga ada dua dusun yang seharusnya di petak petakkan dengan data data terkait sebelum erupsi Semeru, data data warga di anggap tak berdasar. seharusnya luberan material lava Semeru yang menenggelamkan dua dusun harus di ungkap dan di urai, namun pihak pemerintah seakan akan melawan informasi dan aduan masyarakat, bahkan laporan warga ke mabes polri melalui Polda Jatim di hentikan atau di SP3 tanpa ada pendampingan Dari pemerintah daerah .
Nur Kholik, ketua Paguyuban Peduli Erupsi Semeru ( papes) menyoroti terkait adanya Film Dokumenter ” usap pilu Semeru” yang di buat oleh pemerintah daerah lumajang, mengatakan bahwa film dokumenter tidak fair dan tak berimbang dengan kondisi di lapangan , bahwa film tersebut hanya menampilkan penanggulangan pasca erupsi semeru dan relokasi warga. Film tersebut tidak membahas terkait melubernya material lava Semeru yang menenggelamkan dua dusun di sumber wuluh antara lain kamar kajang dan Kampung renteng, yang seharusnya material lava semeru mengalir menuju laut akan tetapi berhenti 2 km dari Gladak perak dan meluber ke dua dusun. Adanya faktor dugaan aktifitas tambang pasir berijin yang membuat tanggul tanggul melintang pun di biarkan bahkan tidak tersentuh hukum. Pemerintah daerah lalai dalam hal itu karena jauh jauh hari masyarakat sudah memberikan informasi kepada Bupati Lumajang.
“, Film tersebut tidak fair dan tidak berimbang dengan kondisi di lapangan karena dalam film tersebut tidak ada pembahasan tenggelamnya dua dusun kamar kajang dan kampung renteng desa sumber wuluh . Kenapa bisa meluber ke rumah rumah warga itu yang harus jadi kajian dan kenapa material lava Semeru pada saat itu berhenti tidak jauh dari Gladak perak, masyarakat merasa aman saat itu karena ada pembatas tanggul yang di buat mulai jaman orde baru , akan tetapi luberan material lava Semeru memakan puluhan korban jiwa di dua Dusun, dari warga sekitar bahkan menelan korban jiwa pegawai salah satu tambang pasir yang meninggal dalam koordinat ijinnya . menurut kami itu suatu pembiaran dari dinas terkait, memang ini bencana murni dari Gunung Semeru
sekali lagi jangan dibuat sama terkait zona zona tersebut, misalkan dengan kajar kuning atau curah kobokan yang sangat dekat dengan Semeru berbeda lagi dengan dua dusun ini, secara geografis ada di balik bukit”, tegasnya
Lanjut Kholik”, kami berharap bupati Lumajang bertanggung jawab atas kejadian tenggelamnya dua dusun tersebut, sekali lagi sebelum kejadian warga sudah memberikan peringatan kepada bupati atas adanya tanggul tanggul melintang tersebut”, tambahnya ( AN).