Buku Catatan Oleh: Sudono syueb

Buku Catatan

Sidoarjo,harianmerdekapost.com – Ketika masih di Madrasah dulu, saya tidak hobi menulis surat untuk seseorang, bukan karena saya tidak punya teman sepesial tapi karena tulisan saya jelek. Pasti dia tidak bisa baca tulisan saya.
Saya hanya suka mencatat. Mencatat apa saja untuk saya baca sendiri. Mencata pelajaran dari pak guru, dari keterangan guru, dari buku, dari kiai, dari ortu dan juga alam di lingkungan saya. Kadang kadang saya juga bingung
baca tulisan saya sendiri, karena karakter tulisan saya berubah rubah. Apa lagi orang lain yang baca, tambah bingung pasti. Maka itu tidak ada yang mau pinjam catatan sekolah saya.
Tapi di awal kelas 6 ada seorang cewek yang mau pinjam catatan saya.

“Pinjam catatannya, Don! Sepekan kemarin saya tidak masuk karena diajak bapak ke kota jenguk paman yang sakit karena kecelakaan. Boleh ya?”

“Jangan, tulisan saya jelek, kamu tidak akan bisa membacanya”, kataku padanya.

“Tidak apa, aku biasa baca tulisanmu yang jelek itu”, jawabnya lugas sambil tersenyum. Gigi gisulnya nampak, menambah wajah hispaniknya tambah natural

“Dari mana?”, bentakku

“Dari adikmu”, jawabnya kalem

“Kau suap apa adikku, hingga mau ambilkan catatanku?”, Kataku agak jengkel.

“Type adikmu termasuk anak yang tidak bisa disuap”, jawabnya sambil ketawa terkekeh kekeh.

“Lha kok dia mau ambilkan catatanku padamu? Kamu rayu ya? Asem kamu”, sergahku

“Adikmu juga bukan type anak yang mudah dirayu. Adikmu punya karakter kuat. Tapi adikmu punya kelemahan”.

“Tahu dari mana?”

“Pengalaman!”

“Apa kelemahan adikku?”

“Pujian! Adikmu takluk jika dipuji. Beda dengan kakaknya. Dipuji, marah. Apa lagi dirayu, tambah marah”

“Kapan kamu pernah merayu saya?”, selorohku padanya sembil mendelik

“Jelas tidak pernah dong. Karena itu pantangan. Harusnya laki laki yang marayu perempuan. Sayang kamu tidak punya seni merayu. Makanya anak anak perempuan pasif sama kamu kecuali….”

Belum selesai dia ngomong, bel masul setelah istirahat berbunyi.

“Masuk dulu ya, nanti kita lanjut di tepi pantai sambil nikmati angit laut yang sejuk dan seger”

“Kecuali siapa?”, Batinku