Banda Aceh, harianmerdekapost.com – Momentum Peringatan 15 tahun Perdamaian Aceh jangan hanya sebatas seremonial semata, tapi harus berjalan sesuai apa yang telah disepakati dalam Butir MoU Helsinki.
Hal itu disampaikan oleh tokoh Masyarakat Aceh Tgk. H. Ishak Yusuf ke pada media ini kamis,(13/8-2020) menjelang perayaan 15 Tahun Damai Aceh, menurutnya selama 14 tahun Pemerintah dan tokoh perdamaian Aceh hanya merayakan dengan acara seremonial belaka.
“Perayaan Damai Aceh di tahun – tahun sebelumnya tidak ada relevansi apapun dan sangat tidak bermanfaat terhadap penyelesaian butir-butir MoU yang telah disepakati dalam perjanjian Helsinki,” ujar pria yang akrab disapa Ayah Ishak tersebut
Ayah Ishak mengatakan, jika hanya sebatas seremonial lebih baik ditiadakan saja, karena hanya menguras Miliaran uang rakyat melalui APBA.
“Saat ini masyarakat sudah bosan dan muak dengan tingkah elit, baik Pemerintah maupun tokoh perdamaian lainnya yang tidak memikirkan penderitaan masyarakat Aceh,” sebut Ayah Ishak
Seharusnya kata Ayah Ishak, untuk mengisi perdamaian Aceh dengan menjalankan setiap yang telah disepakati dalam MoU Helsinki. Baik poin-poin MoU yang telah dikonversi atau diterjemahkan dalam UU Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh (UU PA) ataupun yang tidak berhasil dimasukkan.
“Eksekutif, Legislatif dan Para elite politik Aceh segera mengambil langkah-langkah strategis Agar MoU Helsinki dan UUPA dirasakan dan dimiliki oleh semua Rakyat Aceh, Bukan hanya sekelompok orang tertentu saja, ketika membayangkan MoU Helsinki dan UUPA rakyat Aceh jangan hanya kita doktrin untuk peduli terhadap Bendera bintang bulan saja, namun ada hal-hal lain yang lebih subtansial dan bisa membuat masyarakat Aceh makmur dan sejahtera apabila butir-butir tersebut direalisasikan,” tegas mantan Staf Ahli Ketua DPR Aceh tersebut
Rakyat Aceh, lanjut Ayah Ishak ingin melihat Para elite politik di Aceh tidak hanya membicarakan masalah Bendera, namun kita mau ada warna baru para Refleksi perdamaian 15 Agustus 2020 nanti, Tokoh perdamaian harus menyuarakan butir-butir MoU Helsinki yang belum terealisasikan tersebut.
“Stop menjadikan butir-butir MoU Helsinki dan UUPA hanya milik segelintir orang saja, Saatnya kita semua masyarakat Aceh harus punya rasa patriotisme dan rasa memiliki terhadap MoU Helsinki dan UUPA,” pinta Mantan ketua Partai Buruh Aceh tersebut
Ayah Ishak melanjutkan masih persoalan Aceh yang belum di selesaikan seperti pelanggaran HAM masa konflik bersenjata yang menelan korban jiwa sekitar 40 hingga 60 Ribu jiwa.
“Semua pihak harus menyelesaikan kasus pelanggaran HAM Aceh, dengan cara mendukung kerja-kerja KKR Aceh, termasuk pembagian hasil alam Aceh” katanya lebih lanjut
Ayah Ishak juga menukilkan Perdamaian Aceh dalam bentuk sebuah pantun yang sangat menyentuh
Thon Tujoh Nam Geubuka Prang, Aman Tentram 2005, Lahe Dame RI ngon GAM, Geubalek Nan jeut KPA
Beude Dikoh Rata Simpang, RI ngon GAM Meuduk Sama, Mandum Janji ka Mutuleh, di Blahdeh Nanggroe Luwa
Ta meujanji Sabe Keudroe, Peugot Nanggroe Sama-Sama, Pileh Pemimpin Ulee Sagoe Ngat Jeut Ato Pue yang Hawa
Buku MoU tinggai Lam Gudang, Adat Ngon Reusam Tan Na Soe Pakoe, Rakyat Sengsara Susah Hanaban, Peng dum Meukuyan Yatim dum Deuk Troe
Bek Tajok Adat Nibak Ureueng Mbong, Bek Tajok Hukom Bak Ureung Teuga, Bek Peu Ceukoe Ie Peuregam Angen, Bek Le Peu Meu En Kawe tan Mata.
Bek le tabi angan-angan, Wujud Sapue Tan Wahe e Kanda, Bek le Yue Magun dalam Bruk Ruhung, Bek le Tayue Plung Dalam Ie Raya. (Red/wardi)